Aku mengenangmu sebagaimana kau menghuni musim rontok terakhir.
Kau topi kelabu dan masih saja menjadi jantungku.
Lewat sepasang matamu pijar petang (aram-temaram) menyala.
Dan daun-daun menjatuhkan diri ke jiwamu yang digenangi ricik air
Rengkuhan tanganku seutas tanaman merangkak yang
daun-daunnya berkeras mengumpulkan suaramu. Kedap--pelan, serta damai.
Dahaga yang terus-terusan membakar api unggun kekagumanku.
Bakung biru yang memilin-milin semesta jiwaku.
Lewat sepasang matamu pijar petang (aram-temaram) menyala.
Dan daun-daun menjatuhkan diri ke jiwamu yang digenangi ricik air
Rengkuhan tanganku seutas tanaman merangkak yang
daun-daunnya berkeras mengumpulkan suaramu. Kedap--pelan, serta damai.
Dahaga yang terus-terusan membakar api unggun kekagumanku.
Bakung biru yang memilin-milin semesta jiwaku.