MALAM DINGIN DI DEPAN HALAMAN


di sini aspal dingin, pohon-pohon dingin
hari-hari dibentuk dari jutaan es batu

nasibku tetap selamat malam
yang ingin aku selimutkan
ke kuncup mata tidur engkau

yang kelak akan mekar demi memeluk keyakinan
bahwa di mimpi, kita akan saling menciumi
warna-warna televisi yang sekarang
pandai menciptakan perang untuk menyakiti diri sendiri
di mimpi, entah kenapa kita jadi kehilangan banyak sekali agama.

kemudian dari datar dada kita yang runtuh
akan memantul; alamat-alamat yang lama
diburu para pendaki
yang mengira sudah sampai di puncak
membawa kaki mereka yang bodoh.

kita tidak punya puncak.
kita tidak punya puncak.
kita cuma punya dasar.
katamu. ditelan oleh kejauhan.

dan mereka tersadar.
buru-buru mereka melilit tempat mereka
tumbuh layaknya seekor ular

tapi percuma. luka-luka yang dulu
tidak bisa memaafkan kita itu juga akan mengubur
mereka satu-satu sebagai kesalahan besar
yang dimiliki usia benalu
: nenek moyang seluruh bayi-bayi bencana

di sini aspal dingin. tidak ada lagi pohon-pohon.
tapi hari-hari terus dibentuk dari jutaan es batu.


(grabag, november 2012)

Tidak ada komentar: