alasan inilah yang kutunggu untuk melatih gerahamku dalam mengunyah
sehabis kau lepas peci, mengemas riwayat tumaninah ke dalam sajadah.
aku dan masa kecilku berlarian di dadamu untuk menyusur,
tandapanah tandapanah yang terpelanting dari lengkung busur.
itulah kenapa aku engkau sapih di depan tanpa selendang,
kau sengaja menghalau bayangan, tak mengijinkanku sesekali
melihat pisau babi itu melilitkan dirinya di punggung
agar aku tak tahu tiap hari kau cincang umpatan dari orang-orang
; jadahlah, kau dan pisau babimu bukan bagian dari doa-doa
kampung sebelah!
tapi atas nama masa kecilku yang begitu girang ketika kali pertama
kau membawa pulang kapal-kapalan,
kepalaku membesar dan mulai ditumbuhi sepasang pesawat telegram.
tidurlahdulukomaakumerindukanibumutitik
tak ada yang lebih kosong dari kehilangan,maka kau mengisinya dengan kesunyian.
maka aku juga belajar untuk tak mengkhianati seperti pisau babi ini,
yang memasungkan prasangkanya cuma pada telenan,
:hidup baginya tak boleh diduakan pilihan.
(* ketika aku besar , aku tahu darah harammu yang kata orang orang itu...,
akan terus aku baca sebagai jalan ke--surga)
kampung brotojoyo, 4 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar