MONOLOG KURSI RODA PERIHAL KEHILANGAN
: Ratna Indraswari Ibrahim
ia sedang bergembira katamu, ketika kemilap mata yang ia miliki berniat mengundang seluruh senja di kota ini,bertandang ke lukanya yang memiliki luas beranda, untuk duduk-duduk, menuliskan cerpen atau membacakan beberapa puisi. kemudian ia mengupas kacamatanya seperti mengupas kulit jeruk mandarin, bulat tembaga matahari yang selalu ia rindukan sekaligus ingin ia sisihkan sejak kemarin
maka tanpa meronta ia menikmati saja ketika ditusuk-tusuk pasimnya cahaya. ia sengaja merelakan mata agar lebih leluasa ber kaca-kaca, kulihat ia menjinjing bibirnya yang pesta sambil terbang kemudian hinggap ke pucuk-pucuk lagu, menyuling nada dan menyulangkanya kepada tiap kepalan yang lama menelan perigi haus sendiri. setelah itu tak ada yang pergi, katamu, meski aku menemukan kosong kehilangan ini tepat di atasku.
kau menahanku, agar tak mencarinya. sebab ia memang tidak sedang kemana-mana. ah, tapi mengapa kakiku yang jeruji ingin sekali menjangka. sudah. sudah disini saja, yang perlu kamu lakukan adalah berbohong kepada pertanyaan yang datang tiap malam. katakan saja, selalu ada yang sedang berpura-pura hilang, hilang! sabdamu kepada sujudku yang nyaris tak berjasad ini.
: Ratna Indraswari Ibrahim
ia sedang bergembira katamu, ketika kemilap mata yang ia miliki berniat mengundang seluruh senja di kota ini,bertandang ke lukanya yang memiliki luas beranda, untuk duduk-duduk, menuliskan cerpen atau membacakan beberapa puisi. kemudian ia mengupas kacamatanya seperti mengupas kulit jeruk mandarin, bulat tembaga matahari yang selalu ia rindukan sekaligus ingin ia sisihkan sejak kemarin
maka tanpa meronta ia menikmati saja ketika ditusuk-tusuk pasimnya cahaya. ia sengaja merelakan mata agar lebih leluasa ber kaca-kaca, kulihat ia menjinjing bibirnya yang pesta sambil terbang kemudian hinggap ke pucuk-pucuk lagu, menyuling nada dan menyulangkanya kepada tiap kepalan yang lama menelan perigi haus sendiri. setelah itu tak ada yang pergi, katamu, meski aku menemukan kosong kehilangan ini tepat di atasku.
kau menahanku, agar tak mencarinya. sebab ia memang tidak sedang kemana-mana. ah, tapi mengapa kakiku yang jeruji ingin sekali menjangka. sudah. sudah disini saja, yang perlu kamu lakukan adalah berbohong kepada pertanyaan yang datang tiap malam. katakan saja, selalu ada yang sedang berpura-pura hilang, hilang! sabdamu kepada sujudku yang nyaris tak berjasad ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar