SEJAUH INILAH
sejauh inilah nak,
sepasang mata dikaki ibu akan terus mendongeng
tentang jerit telapak yang hampir tiap hari
selalu ibu cuci dengan soda api.
tetaplah berpeluk seperti itu
karena punggung ini, adalah sebuah kesanggupan
tulang untuk merekatkan pendaran siang.
ah, kau tak tahu,
sebetapa putihnya jawaban
yang tak pernah mengkhianati pertanyaan.
kita tiba di pantai, selintas lima jemari dari dermaga.
tempat dimana perbedaan waktu jadi sangat berarti.
tempat dimana segala keinginan tertambat seoleng perahu.
kau belajar bagaimana menghalau pandangan dari gambar gambar menakutkan.
aku belajar memutuskan dendam daratan dari lautan.
karena disinilah nak, suatu ketika cokelat dan biru pernah satu dalam sedu.
ibu,tapi aku takut, rengekmu.
Jangan dulu takut nak,
Karena masih ada lenganku yang selalu pagar dalam menjaga gemetar
Karena masih ada jutaan bulir keringatku yang tak kuasa menghitung hilir.
Maka di bangku panjang ini jugalah, kelak, jika usiamu telah menggelembung.
Menelan matahari demi matahari. Mengumpulkan bulan demi bulan.
Kita akan berbagi ingatan.
Dan kau harus berjanji, melempar sauh ke titik paling jauh.
Berlayarlah nak, menjadi gelombang itu sendiri.
Menyeberangi buruksangka dari warna ketiadaberdayaan.
Percayalah,
Aku akan menunggumu disini.
Menjahitkan bajumu.
Merawat buku-buku masa kecilmu
yang kelak akan membuatmu kembali rindu.
Percayalah nak, ibu akan tetap disini.
Percayalah padaku,
Karena aku pantai paling damai
Akulah jangkar paling akar.
Akulah pulang paling palung.
GAMBAR DARI DOKUMENTASI PRIBADI.
model : mbi mbi, arimbikecil, dan paman wisanggeni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar