dilihat dari dalam adalah lampu-lampu kota, dilihat dari luar adalah masa lalu kata-kata
Pergi Ke Wisuda Adik
Hari ini, sebelum subuh kami sudah mesti siap-siap, Bu. Adik wisuda hari ini dan kami putuskan buat menyewa mobil buat ke acara. Kamu pasti senang ya, melihat putrimu yang satu itu, setelah pontang-panting tak karuan, akhirnya sampai juga waktu buat kenakan toga. Wah anakmu jadi sarjana (lagi). Aku juga ikut menyek-menyek sih, membayangkan, betapa repotnya dia dulu. Jam tujuh sampai jam satu siang mengajar. Belum juga letakkan pantat buat sedikit ambil napas, sudah harus pergi ke kampus. Pulang rumah harus ngojek dulu. Jalan dulu. Sampai rumah sudah jam sembilan malam. Belum lagi mesti ngurus dua anak yang masih kecil-kecil. Dia putrimu yang kuat kok. Keras kepala juga sih ya, seperti pernah kamu keluhkan padaku dulu. (Dulu itu lho, waktu kamu curhat betapa dia bener-bener tak bisa dibendung begitu dia punya niat buat ngaji di pondok pesantren. Haha.)
Ya sudah, begini saja, nanti aku kirim beberapa foto wisudanya ya. biar kamu puas. Puas nangis-nangisnya juga lantaran haru. Alah, kamu memang cengeng kok. :))
Ya sudah, begini saja, nanti aku kirim beberapa foto wisudanya ya. biar kamu puas. Puas nangis-nangisnya juga lantaran haru. Alah, kamu memang cengeng kok. :))
Di Jalan Majapahit No:147
Aku masih
mencatatmu
sebagai
peluh panas yang sembunyi
di kaos
seorang tukang sayur dekat pasar
sebelum jadi
penggalan kalimat murung
mesti
berkali-kali dibongkar
Hantu atau
kerangka bening di masa lalu
atau justru
tahi--milik para pengumpat
akan datang
dan meminta diri buat jadi bingkai
Aku tiriskan
sementara hawa dingin
dari mulut
mereka, bau rempah-rempah,
jalur-jalur
perdagangan, ombak yang mengancam batu,
jukung-jukung
terjungkal, sampai angin puyuh
yang ganas
merobeki panji-panji
agar kau
sebentar jadi sangsi
kepada tapak
tangan mahapatih yang pernah
merogoh dan
memecahkan ulu hatinya di sini
Pinggiran
aspal baru saja selesai ditambal.
Air
menciprat betisku. Sebuah truk
pembawa
gelondongan jati lewat.
Tapi
kurang-kuranglah dayaku
membuatnya
lebih terhormat.
Kekecewaan
tak pernah mendapat kata lain.
Kekecewaan
tak pernah mendapat kata lain.
Kekecewaan
tak pernah mendapat kata lain.
Seperti
dalam sebuah warung nasi goreng
yang sempit
aku dikepung kata-katamu
Langganan:
Postingan (Atom)