BULAN DALAM OMELET
2 telur+sosis+garam+merica+keju
Kita bisa tenang sebentar disini
Dengarlah, aku juga bisa mengeja apa yang ditinggalkan tentang suara kenalpot dan bau semua laki-laki di kota yang dilupakan ini, mouse bicara padaku, tenang sekali tentang petunjuk menuju halamanmu, aku membakar rokok dan membayangkan banyak hal mengenai kita sepagi ini, jam 2 tanpa hape dan modem. mereka tidur seperti anak-anak tidur, tapi diluar sana seperti banyak pohon sedang berbicara, mereka pulang pagi membawa banyal oksigen dibalik jendela, aku tak menggigau seperti sms dan telepon yang mungkin saja, kita akan kemana, kemana saja, kita akan sering menonton pertunjukkan, membacakan puisi, menertawakan selendang pelangi, tapi aku tak mau berpelukan seperti asmara dalam marga t, atau seliar ayu utami, cukup ciuman yang gemetar dan kilat suatu sore setelah makan burger atau menyantap magnum yang mungkin saja, kau akan menyanyikan apa untukku, ini bukan desember atau januari, ini bulan dalam omelet yang dingin, makan malam, sarapan pagi, bukankah aku masak dan makan sendiri.
SAJAK RINDU
Malam makin larut, di jalan kesenangan memantulkan dirinya
pada lampu kuning hati-hati.
Aku mengunjungi mereka malam ini, malam yang mabuk tanpa lagu dan kesenangan kota, lampu-lampu tak redup dari tapi jalanan berubah menjadi rumah ibadah yang sendu, tidurlah yang nyenyak, tidurlah, kita rayakan kemiskinan sampai penghabisan, kulit kemanusiaanmu itu, terbuat dari matahari yang takut padam, tidurlah, debu sudah sabar dalam diamnya, ada laut dalam mataku, rindu yang sempurna tak muat lagi masuk dalam diri ini, apakah aku malaikat atau iblis yang boleh sedih,
aku pulang dan menitipkan setiap doa pada angin
adakah tanah hidup dan mendengarku?
PENINGGALAN KALENDER DI BULAN MARET
untuk sebuah keluarga dusun di wonogiri
I
seketika itu, engkau jadi usia sumur yang sering kali
engkau timba setiap pagi hari sebelum engkau pergi beli
sarapan untuk dua anak yang sering kali
berebut uang jajan sekolah
-waktu itu ternyata air belum langka,
seperti uang-
II
ada arah lain yang merangkai jalan setapak menuju
kebun kopi yang pernah engkau mohonkan pada musim
yang menyebabkannya;
sementara pencuri-pencuri kecil yang tak diduga menanam kesal
pada ranting pohon-pohon anggur di hampir setiap purnama
-kebun kopi milikmu telah berbicara banyak padaku
mengenai arah pencuri yang menyisakan biji-biji anggur
di bawah dahannya-
III
saat bulan belum lengkap dan panen belum genap
pada suatu masa tanggal-tanggal menghitung jarak yang engkau
bilangkan kepada kesederhanaan rindu: pakaian yang senantiasa
engkau tanggalkan di hari-hari telapak-tangan-doamu,
gubuk ternyata tak cepat lupa mengingat tangan siapa
yang lumpur karena doa
saat panen belum genap dan bulan belum lengkap
selalu saja ada lipatan senyum yang sabit berarakkan
dari ladang-ladang ketela menuju pintu rumahmu
tempat kalender berdiam pada kedua pipiku
lalu kubaca salammu yang tinggal di bulan ketiga
: simpanlah kami baik-baik untuk engkau bawa
sebagai tanda dan doa.
2010
PUISI TENTANG ANAK-ANAK BULAN
1.
dulu, anak-anak bulan senang main origami kapal-kapalan
sewaktu penghujan melahirkan arus luapan kali menuju jalan-jalan kampung
lalu ada dolanan jamuran saat banjir tak lagi tinggal pada bulan-bulan kemarau
: di mana ibu mereka sering berdandan dengan begitu purnama
mereka bilang, kapal-kapalan jauh lebih seru dibanding
berpura-pura melingkar bergandeng-tangan menyanyikan
kidung jamuran yang jadul itu
dan bermain kapal-kapalan tak perlu mendiamkan
pura pada wajah-jujur kita.
2.
sekarang, duduk mengendapkan mata pada layar televisi
atau muka-muka kaca digital lebih jadi jaminan hiburan
tanpa perlu keluar di jalanan kampung
mempelajari mainan nenek moyang
:banjir-banjiran
kapal-kapalan
jamur-jamuran
demikian, mereka jadi tahu
tentang ibubulan yang berpindah tempat
mengungsi karena kebanjiran sepi di setiap jalan-malam.
3.
sekian lama duduk belajar memilih
mana channel yang paling baik ditonton
anak-anak bulan sadar; televisi telah mengurungnya
pada kepala mereka
sedang ibu mereka masih saja menyimpan lagu jamuran
yang siaga diajarkan untuk setiap malam
yang bangun dan lelap pada bola-mata mereka.
4.
rupanya, ada isyarat pembicaraan kecil
suatu ketika pada channel nomor satu
mulut mereka begitu nyaring
membacakan tanya dari televisi,
“hei…hei...
ada wajah siapa di muka layar itu
ada bu guru dan pak guru
yang berdemo di depan sekolah kita
juga ada alat-alat besar itu
dan mau ke mana
bangku-bangku
papan tulis kita?”
rupanya, tanya menuntun mereka
untuk kembali ke pangkuan ibubulan
supaya mimpi tak meleleh di samping nyala doa.
5.
di pinggiran jalan kampung anak-anak bulan menengadah
berhitung tentang bilangan-waktu ramalan
kapan bisa menemui ibubulan lagi
semenjak mereka rajin belajar mencari arah
tanpa kompas dan peta, ke mana namanya diketemukan
selain dalam rupa ibu yang berdandan purnama lagi
lantas bertanya mengapa kata bulan tak dinamakan, padahal
ibubulan masih setia merancang adegan permainan jujur-tawa-rindu
untuk setiap anak yang lahir dan bermain
di setiap kota-malam di setiap zaman
di setiap nyanyian anak-anak bulan;
tradisi yang membuatnya ada dan tanda!
2010
CATATAN
Jamuran: permainan tradisional dari Solo, Jawa Tengah
Dolanan (bahasa Jawa): permainan (bahasa Indonesia)
KAMPUS ANAK-ANAK KITA
kepada mereka kita arahkan lapang nasib anak kita
yang bergembira dalam menarik langit dan cuaca
kita cuma bisa menghempas bengkok jari-jari
susah payah menuliskan bagaimana kita telah lama
menangis sebagai petani
sejujurnya, mereka menginginkan kita terus mengisi
mulut mereka dengan perigi. sementara anak-anak
semakin mudah sekali meminta bayangan dari pohon
pekerjaan kita. seolah-olah kita mempunyai buah-buahan
yang tak akan pernah habis ditimba. telah jauh dan dalam
sekali kemarau mengisi dada kita.
tanpa sadar, sawah-sawah itu telah lama berpindah
meninggalkan hawa panas telapak tangan kita
yang kini cuma bisa menadah. tanpa lagi mamapu
menunjuk siapa lebih bersalah.
2012
BOTOL AIR MINERAL
lidahku masih dililit lauk di nasi jamblang,
sungguh kurang ajar,
padahal baru saja ia kubebaskan dari
kutukan selembar daun jati hutan
kau berkisah bagaimana
hutan menangkap para pencuri pohon jati,
yang licin dan sering kau umpamakan
sebagai suwiran daging sapi
nyungsang diantara gusi dan kuning gigi.
aduh telah datang pada sepatuku
bunyi kereta yang membawa sekotak jendela, jalur rel,
warna hitam yang kian meriang,
masuk angin.
kau heran pada sepatuku
yang berbeda ukuran meski sapasang ,
tiba-tiba perbedaan itu begitu mahir
saling menalikan.
ah sejak ibu saya pergi
rumah beserta perabotnya gemar sekali
berpindah, rumah cuma setia kepada ibu,
katamu, sesekali melihat langit
: halaman maha luas yang seringkali
kau anggap hutan dengan binatang-bianatang buas.
aku memasukkan ucapanmu
ke botol air mineral ukuran sedang
bersama jin yang telah menghidupi
malam-malam milik aladin
bersama mimpi yang mudah dibanting
2011
PULANGLAH RAISA
lama-lama akhirnya cerita kami juga akan habis,
oleh engkau yang menguras kami dengan tangis
kami tak mempunyai lagi yang engkau sebut kampung
kami kini isyarat-isyarat pariwara belaka. yang jadi
remah dan tak cukup kuat membendung berita utama
di koran dan televisi. itu kenapa kami jadi sangsi
kepada perumpamaan diri kami sendiri.
siapa yang engkau telepon berjam-jam sambil
meluruskan rambut di salon?
mengecat kuku, berkedip-kedip kemudian terjerat
rasa sakit sendiri di cermin. melulur wajah dengan
masker susu dan bengkoang, sambil terus membekap
percakapan yang di hapemu terasa makin gemetar.
seperti rasa asing yang mencari jalan keluar.
aduh, kami anak-anak rencanamu yang sungguh kelaparan.
kami niscaya akan mati engkau biarkan dikubur oleh
serbuan jadwal yang mesti engkau kerjakan.
2012
---------------------------------------------------------------------------------------------------
keterangan:
Dari atas ke bawah, sajak pertama dan kedua adalah sajak Vivi Andriani Tanjung yang terbit di Jurnal Sajak Nomor 3 tahun 2012, sajak ketiga dan keempat adalah sajak A. Gandjar Soedibyo--sajak kelima sampai terakhir sajak Arif Fitra Kurniawan yang terbit di Jurnal Sajak no 4 tahun 2012. Selamat bertahun baru, selamat terus menerus merayakan sajak. Salam hangat dari teman-teman Lacikata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar