MENDOAKAN RAISA

telah kami aminkan pagi-pagi sekali, raisa
sebelum kau dan rambutmu bangun dan
merasa ada yang merambat terlalu cepat,

ke salon, hari-hari itu dengan warna pekat
mesti kalian rawat.

di kursi empuk salon, sengaja, sebab menunggu
adalah cara tuhan mengetahui seberapa lebar
dada kita dalam bersabar

: engkau putar setiap kejenuhan dengan hati-hati sekali
di kupingmu sedatar lagu-lagu yang kau tak tahu
siapa yang bernyanyi dan mengorbankan dirinya
sepanjang hari menjadi suara.

rambutmu kian lurus dan licin di kaca itu, raisa.
kami tak mau mengumpamakannya sebagai jam-jam
yang lama diperebutkan televisi demi menayangkan
kesedihan

kami terus mendoakanmu, dengan sisa-sisa
senyum kami yang habis dikuras pulsa,
sejahterahlah kedua ibu jarimu itu, raisa

Tidak ada komentar: