Roahl Dahl dan Matilda


Pergi Ke Wisuda Adik

Hari ini, sebelum subuh kami sudah mesti siap-siap, Bu. Adik wisuda hari ini dan kami putuskan buat menyewa mobil buat ke acara. Kamu pasti senang ya, melihat putrimu yang satu itu, setelah pontang-panting tak karuan, akhirnya sampai juga waktu buat kenakan toga. Wah anakmu jadi sarjana (lagi). Aku juga ikut menyek-menyek sih, membayangkan, betapa repotnya dia dulu. Jam tujuh sampai jam satu siang mengajar. Belum juga letakkan pantat buat sedikit ambil napas, sudah harus pergi ke kampus. Pulang rumah harus ngojek dulu. Jalan dulu. Sampai rumah sudah jam sembilan malam. Belum lagi mesti ngurus dua anak yang masih kecil-kecil. Dia putrimu yang kuat kok. Keras kepala juga sih ya, seperti pernah kamu keluhkan padaku dulu. (Dulu itu lho, waktu kamu curhat betapa dia bener-bener tak bisa dibendung begitu dia punya niat buat ngaji di pondok pesantren. Haha.)

Ya sudah, begini saja, nanti aku kirim beberapa foto wisudanya ya. biar kamu puas. Puas nangis-nangisnya juga lantaran haru. Alah, kamu memang cengeng kok. :))

Di Jalan Majapahit No:147



Aku masih mencatatmu
sebagai peluh panas yang sembunyi
di kaos seorang tukang sayur dekat pasar
sebelum jadi penggalan kalimat murung
mesti berkali-kali dibongkar

Hantu atau kerangka bening di masa lalu
atau justru tahi--milik para pengumpat
akan datang dan meminta diri buat jadi bingkai

Aku tiriskan sementara hawa dingin
dari mulut mereka, bau rempah-rempah,
jalur-jalur perdagangan, ombak yang mengancam batu,
jukung-jukung terjungkal, sampai angin puyuh
yang ganas merobeki panji-panji

agar kau sebentar jadi sangsi
kepada tapak tangan mahapatih yang pernah
merogoh dan memecahkan ulu hatinya di sini

Pinggiran aspal baru saja selesai ditambal.
Air menciprat betisku. Sebuah truk
pembawa gelondongan jati lewat.

Tapi kurang-kuranglah dayaku
membuatnya lebih terhormat.

Kekecewaan tak pernah mendapat kata lain.
Kekecewaan tak pernah mendapat kata lain.
Kekecewaan tak pernah mendapat kata lain.

Seperti dalam sebuah warung nasi goreng
yang sempit aku dikepung kata-katamu