I REMEMBER AS YOU WERE—PABLO NERUDA*


Aku mengenangmu sebagaimana kau menghuni musim rontok terakhir.
Kau topi kelabu  dan masih saja  menjadi jantungku.
Lewat sepasang matamu pijar petang (aram-temaram) menyala.
Dan daun-daun menjatuhkan diri ke jiwamu yang digenangi ricik air

Rengkuhan tanganku seutas tanaman merangkak yang
daun-daunnya berkeras mengumpulkan suaramu. Kedap--pelan, serta damai.
Dahaga yang terus-terusan membakar api unggun kekagumanku.
Bakung biru yang memilin-milin semesta jiwaku.

WARUNG MAMAKKU



Sehabis membungkus dengan plastik ia ucapkan terima kasih kepada marimas dan warna merah semangka. Warung yang masih saja panas dan meleleh ketika jadi puisi. Mamakku sanggup memberikan ludahnya untuk tanganku, untuk kipas angin yang berbunyi krik krik krik menjatuhkan keringatnya seolah sedang menjatuhkan dendam.