SEEKOR IKAN BESI


aku ikan besi dalam tidurmu yang lelah memeluk dinding danau. yang tak mungkin kau pancing atau kau ringkus dengan jaring. geligiku gergaji bagi mahkluk lain--keperkasaan tak terampuni.

semahir pertapa yang sengaja menusuk kelopak mata sendiri demi mendapatkan penglihatan murni, kau celupkan kelingkingmu sambil terus merangkak berharap bisa menemukan rangkaian kekeliruan di pangkal ekorku.

Dari Luis Sepulveda


Novel ini takkan sampai ke tanganmu, Chico Mendes, sobat terkasih yang irit ucapan dan banyak tindakan,

MERAJUT NENEK MERAJUT



ia punya awan-awan yang kami sangkal. lantaran tidak ada burung sanggup hidup mempertahankan nyanyian di sana. jatuh diserang jarum-jarum rajut dan bisikan milik maut yang bangkit di hari ia pernah berjanji kepadamu menceritakan bagaimana pahala dibuat untuk meretakkan dada  kami.

lewat sobekan kecil di gaun panjangnya yang hitam kami melihat masa depan anak-anak kami menjulang di atas jembatan plastik yang mudah dipermainkan. di pindah dari bahu kiri ke bahu kanan, atau sebaliknya.

KALA RAHU



aku tidak sembunyi, di siang atau di malam yang pernah engkau ceritakan sambil mengawasi bayangan tumbuh menjalar sebagai permintaan seorang kekasih menginginkan semak belukar. aku tahu tepat di hari kedua puluh tiga sepasang mataku kelak akan mati oleh tusukan cahayamu.

aku sanggup mematahkan taring-taring lancipku agar waktu bisa mengusap ujung bibirku ujung bibirmu. agar bahasa kita tidak cuma lilitan cemburu. kau benci kepada sejarah kelewat lemah yang dengan mudah ditaklukkan para pendatang. mereka menyisihkan sayatan keningku sebagai carangan.