DI PASAR YANG SELALU MALAM

DI PASAR YANG SELALU MALAM

/Rumah Paling Hantu/

sungguh tak ada yang gelap, meskipun kematian
datang kepada seluruh lampu yang pernah hidup
dan menyalakan aku.

kau telah menghantukan seluruh masalalu,
hingga baik yang bermukim maupun yang bermakam
selalu kita kenang sebagai masa depan.




/Merah Kembang Gula/

yang bertahan untuk bersembunyi,
dan tak ingin percik di atas dadamu
meski telah sering kau nyalakan nyali
yang menggumpal sebagaimana ketakutan
merah muda kembang gula
kemudian aku belajar mengemas
riwayat hatiku yang pernah jatuh pada cinta
dengan bening tangan paling putus asa.

sesibuk apakah waktu,
ketika ia dan dirimu berputar
menunggang mainan
semakin menjauh dari tangkai mataku yang sepah
yang terlanjur terpelanting dan cuma mampu
melambai-lambai kepakmu-kepaknya dari bawah

sebab percuma, bagaimanapun cemburuku
tak akan berhasil membakar susunan rusukmu
barangkali kau cukup mendoakan saja
agar tubuhku setabah rumah,
tak menghardik

pada setiap ketukan yang datang,
pada setiap punggung yang pamit pulang
mematah-matahkan diri,
mematuh-matuhkan hati
sampai nanti gerigi, mesin,
serta semua yang bergetar dan keluar
dari tangkup bibirmu itu berhenti



/Yang Gemuruh Dalam Komidi/

diantara perbincangan orang-orang,
yang meloketkan kegembiraan
ke dalam jenuh telingaku yang kuning logam

kau tak berhenti memutar ratusan,
riuh alamat dari jalan-jalan yang menggigil
sebab piatu ditinggalkan ibu kota mereka
agar kembali menghamba,
mainan dan akhir pekan sebagai hari raya


Semarang- februari 2011


gambar diambil dari sini

3 BAIT SAJAK YANG SEMESTINYA AKAN KUBACA SAAT MEMBEZUK SELURUH ANGGREK BULAN YANG LAYU DI TUBUHMU

3 BAIT SAJAK YANG SEMESTINYA AKAN KUBACA
KETIKA MEMBEZUK SELURUH ANGGREK BULAN
YANG LAYU DI TUBUHMU



: A. Ganjar Sudibyo



[1]

aku membawa seluruh koridor
penampung sepatumu
yang mencintai debu di lantai-lantai kotor.
telah kutulis surat untukmu
di bawah bangku
ketika petang ingin telanjang
menanggalkan kesakitan
yang berlalu lalang
melintasi kepala yang
engkau ciptakan.
kau terbaring, dibaringkan
air-air paling sulung
dari ranjangmu yang berseling selang.
kukira itu air mata dagingmu,
menangis betapa kemarau di tulang
lebih sering mengerang ketimbang
mengering
mencari arti bahasa kamus
yang tak pernah luput
engkau pandang.





[2]

Lama sudah sebuah buku puisi peram
didadamu
buku yang dilahirkan
cuma untuk mengenakan kacamata
agar leluasa kemana-mana.
bertanya kepada siapa-siapa
yang pernah penasaran oleh selarik
pesan rahasia
pesan yang kemudian dituduh
sebagai penipuan
tersebar di setiap layar telepon genggam,

: obat-obatan selalu membujuk kita
agar abai pada kesehatan.





[3]

tak ada kau. ketika aku
melongokkan kepala ke tubuhmu
yang jendela
betapa pot-pot itu berserakan,
seperti ingin mengubur kemudian
mengabarkan berita lelayu,
tentang tumbangnya akar- akar
anggrek bulan,
kurasa kau dan buku puisimu
memang sedang sebentar
jalan-jalan.

barangkali ada kata-kata
seseorang atau perihal
yang ingin kalian temui
untuk kau petik
kemudian menjadikanya
contoh perumpamaan



*doa: semoga lekas sembuh. Amin. Iman. Aman.

AF Kurniawan-semarang 17032011

gambar dari sini

SAJAK TUKANG KEBUN- RABENDRANATH TAGORE

Matamu yang mengandung tanya itu duka. Ia mencari-
cari hendak mengetahui isi hatiku bagai bulan hendak
menduga laut.


Telah kusingkap hidupku seluruhnya di muka matamu,
tak ada lagi yang tersembunyi atau tertahankan.
Itulah sebabnya mengapa tak kau tahu aku.


Jika hidupku hanya sebuah permata, bundar dan kecil
dan indah, akan dapat kupetik dari batangnya untuk
kusematkan di rambutmu.


Tetapi ia adalah hati, Kekasihku.
Di manakah pantai dan dasarnya?

Kau tak tahu batas-batas kerajaan ini, selama kau
jadi ratunya.

Jika ia hanya sejenak kesenangan, ia akan mengembang
jadi senyuman ringan, dan akan dapat kau lihat dan
kau baca dalam sekejap.


Jika ia semata-mata hanya kepedihan, ia akan mencerna
jadi air mata bening mengaca, membiaskan rahasianya
yang terdalam tanpa kata.

Tetapi ia adalah cinta, Kekasihku.
Kesenangan dan kepedihannya tak berbatas, dan tak ada
akhirnya kepapan dan kemewahannya.
Ia dekat padamu seperti hidupmu sendiri, tetapi kau
tak pernah dapat mengetahuinya benar-benar.



(Dari Buku Tukang Kebun, terjemahan Hartojo Andangdjaja)



catatan tambahan: Rabindranath tagore adalah penulis yang lahir di Kalkuta-India 7 mei 1861 dan meninggal pada 7 agustus 1941. Karya-karyanya baik berupa puisi, cerpen novel maupun naskah drama dipandang sebagai karya yang turut memberi warna di ranah sastra dunia.

gambar Rabindranath diambil dari sini

BUKU ANTOLOGI KE EMPAT SAYA : SKETSA DIATAS PASIR

TELAH TERBIT di Inzpirazone Publisher
Buku Antologi Puisi "Sketsa Angin di Atas Pasir"
100% Royalti Untuk Dana Kemanusiaan

Penulis : Elaine Firdausza, dkk
Penyunting : Emzzy Azzam
Pemeriksa Aksara : Dudy Art
Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin

Cetakan 1 : Maret 2011
Harga : Rp.40.000,-

Kata Mereka Tentang Buku Ini;

"Sebuah kumpulan langkah puisi beberapa penyair yang sedang mencari jati diri, yang sejatinya juga harus dilakukan oleh semua orang dalam bidang masing-masing. Dalam puisi mereka, karakter masing-masing penyair dapat dirasakan keunikannya dari cara ucap dengan keragaman tema kemanusiaan universal. Keunikan tiap penyair ini dalam puisi mereka saya yakini suatu saat akan semakin nyata, untuk membedakannya dari karya banyak penyair lain yang punya ranah sama dalam cara ucap, pilihan diksi dan tema. Ketekunan dan kesetiaan dalam menempuh jalan puisi yang terus mencari akan menjadi senjata utama mereka. Selamat mengarungi alam puisi yang tak terbatas keindahannya!"
(Yonathan Rahardjo, Penulis Novel "Lanang")





"Puisi-puisi indah, sarat pesan dan makna. Sepertinya, jiwa Chairil Anwar telah merasuk dalam ruh penyair-penyair dalam buku ini"
(Ahmad Najih Baihaqi, ketua umum PPI Yaman)



"Buku antologi sastra ini mengandung berbagai assonansi yang perlu dibaca oleh sesepuh pujangga sang garuda"
(Ali Ridho Mulachela, pimpinan redaksi majalah An-nadwa PPI Yaman)

"Puisi ternyata masih menarik. Inilah yang bisa kita dapati dari kumpulan puisi ini. Ditulis oleh mereka yang berusia muda, dengan tema beraneka, tidak sekedar cinta kaum belia, termasuk pula nasib bangsa dan rindu pada Sang Pencipta.
Hal ini patut disyukuri. Saya termasuk orang yang percaya bahwa olah bahasa bisa mempertajam rasa. Hanya dengan orang-orang yang peka, masa depan bangsa ini akan bisa diharapkan bisa lebih baik. Orang yang peka, ketika mendapat amanah kerja, kalau pun tak bisa menjalankan dengan sempurna, tak akan menjalaninya dengan semena-mena, memuaskan kemaruk harta apalagi menjadikannya alat tuk menganiaya sesama.Kepada para penyair belia. jangan pernah berhenti untuk selalu bersihkan dan hiasi negeri. Meski hanya dengan syair dan puisi tapi anda telah berbuat."
(Hamdi Akhsan, Dosen Universitas Sriwijaya)



Seni adalah bentuk atau ciptaan yang muncul dari pengalaman jiwa seseorang karena ia ingin memberikan bentuk yang konkrit terhadap yang dirasakannya, sehingga orang lain dapat ikut pula merasakan dan puisi adalah salah satu bagian dari bentuk seni, yaitu seni sastra. Berbeda dengan bentuk sastra lainnya, puisi 'berkomunikasi' dengan menggunakan kata sebagai simbol dan kiasan. Kata itu mengungkapkan sekaligus arti pikiran, perasaan dan khayal (imajinasi). Karena itu penyair harus dapat mengendalikan pikiran, perasaan dan daya khayalnya sekaligus, sehingga membentuk pengalaman baru yang bermakna dan yang imajinatif. Membaca kumpulan karya puisi ini, tampak jelas bahwa yang bersangkutan tengah merindukan kehadiran seorang yang sangat dicintai dan dihormati, yang saat ini tengah berada di tempat berbeda serta sangat mewarnai kehidupannya. Demikian pula yang bersangkutan merindukan datangnya kejayaan negeri Indonesia yang walaupun menghadapi permasalahan, tetap menyimpan asa optimism dengan bantuan dan ridho Illahi.
Selamat menikmati dan membaca keindahan puisi-puisi ini.
(Gunadi Adisasmita, Pelaksana Fungsi Ekonomi dan Pensosbud KBRI Sana’a Yaman.)






"Dengan puisi, mereka menyuarakan kenyataan. Tak lagi hanya sekedar membicarakan puisi cinta dengan sesama manusia namun kepedulian, persahabatan dan silaturahmi di keseharian, mereka rekam indah dengan bahasa sederhana. Ada doa, suara hati, harapan, kepedihan, ketidakadilan, ketegaran dan kekaguman mereka pada sosok-sosok yang mereka tujukan.
Membaca buku ini, setiap penulis mengajak kita ke ruang-ruang yang berbeda dengan aroma-aroma khas mereka."
(Kwek Li Na, Penulis dan Pencinta Puisi. Taiwan)



Untuk pemesanan silahkan inbox FB Inzpirazone Publisher. atau Pm via MP http://firdausza.multiply.com/ dengan subjek: (Sketsa Angin Diatas Pasir). Tulis Nama, Alamat + no telp dan Jumplah buku SADP. Nanti akan kami infokan harga buku + ongkos kirim dan nomor rekening untuk transfer. Terima Kasih



Kontributor Antologi Puisi Sketsa Angin Diatas Pasir;

Izel Muhammad
Raja Syahir
Yadhi Rusmiadi Jashar
Arif Fitra Kurniawan
Hylla Shane Gerhana
Uum G. Karyanto
Efvhan Fajrullah
Muhammad Haddiy
Husni Hamisi
Khalifa Rafa Az-Zahra
Lentera Al Jazhiran
Fran Keni Tamara
Wild Rose
Panarta Romel
Jaraway Al-Fajr
Panarta Romel
Fitri Meida
Daffodilslife
D. Dudu AR
Elaine Firdausza


PERI-BAHASA MENCARI SAYAP SEPASANGNYA DI JUDUL BUKU PUISI YANG TAK MEMUAT DONGENG TENTANGNYA

PERI-BAHASA MENCARI SAYAP SEPASANGNYA DI JUDUL BUKU PUISI
YANG TAK MEMUAT DONGENG TENTANGNYA





2.[Air di daun talas]


licin kuumpamakan punggungmu,
kutumpah ricik, sebagai sedekah
kolam di belakang rumah

yang bernama ular adalah engkau
yang berwujud alir adalah aku

sepasang panjang ini saling memistarkan



3.[ Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi]


ia sebuah jalan, yang salah terbaca
di papan tulis manapun jari menghitamkan diri,
sementara aku tak tahan lagi
menelantarkan keringatku dengan runcing kaki



sebab sering ujungnya patah diasah arah,
sebab gagal menangguhkan masalah

o, kemana juga lari rusa itu
tahun dan tuhan ditubuhku
berebut menjadi pemburu





4.[Punguk merindui bulan]

- kelak kau akan mengerti mengapa
tiap kali bermimpi tak juga henti aku merakit
tangga-tangga ini:

sebab usiaku semakin buta
dan tak ada yang bisa ditemui sebelah mataku
selain dendam yang batu
untuk menyebut sejelas apa keinginanmu

sementara separuh penglihatanku yang lain
bertahan dalam kepalan yang berair,
yang akan kau lihat sewaktu aku mencapai hilir,

sewaktu kau memilih tergelincir.







doa: sedang mempersiapkan buku yang nantinya ketiga sajak ini masuk
di dalamnya. Semoga semua berjalan sesuai rencana. amin.


Semarang-diguyur hujan bulan maret- 2011


gb diambil dari sini

MIMPI YANG TAK LAGI PERCAYA KEPADA TIDURNYA

kepada tengkukmu yang tiap malam
menidurkan mata lampu, yang melingkarkan
seluruh tebingnya untuk menjembatani mimpiku,
hingga kamarku yang tak lebih gelap
dari rasa takutmu kubiarkan merayap,
mengintai bintang-bintang yang terus berlarian
di langit
di rasa sakit

sulit bagi kamarku untuk menandai
mana saja rasi yang sesuai
untuk hari lahirku yang 22 juni
sebab langit dan hari lahirku selalu nyala
ketika ujung alisku ke atas menunjuknya.

aku sering mengeluh mengapa mimpiku
tak pernah mampu mencerna,
tiap kali datang kepadanya ribuan catatan kaki
berusaha membukukan tidurnya
semantara tidur tak juga membukakan pintu mata

semarang-maret 2011

PESAN-PESAN PENDEKMU YANG MEMANJANG DI SAJAKKU

 

PESAN-PESAN PENDEKMU YANG MEMANJANG DI SAJAKKU

RD

/sudah berapa waktu kita tak bersapa, apa kabarmu, jantungku?/

jariku lantas kembali mengingat
terakhir irisan ini menjadi semburat yang aku catat
di kulit buah pir kuning yang jatuh pucat
buah yang menjenguk ranjang tubuhku
setelah bertahun-tahun sakit dan berkarat

dengan apa lagi mampu kukecup masa lalu yang pisau
engkau menduganya telah bisa mengupas
seluruh dering waktu di jantungku,
jantung yang tiap senja bertumbuh saja kilaunya
penuh kumparan kabel tembaga.
melilit jariku, yang menunjuk-nunjuk mimpi di keningmu

/kapan mataku menemukanmu lagi di kota ini ?/

garis di peta itu kelewat ungu bagi malam mataku
garis yang memangkas tiap sungai,
lajur bening yang semestinya akan mengantarku,
menjadi tetamu, menjadikan dadamu bunga,
penampung segala yang madu.
tapi sungguh, Tuhan tak pernah mengubah
satu dari kita menjadi kupu-kupu

mengenangmu adalah membaca
peta kota yang pandai menanam jarak dan
sebuah musim hujan.
deras dan dirimu terus menerus berbenturan
menetaskan beribu telur ikan
ikan-ikan yang sebelum membesar akan tenggelam
tak tahu cara berenang tersebab engkau
lupa meniup menitipkan sekantung insang,
bersamaan, aku membalik tiap arah kenyataan



/ maafkan, maafkan aku, jantungku !/

sejak kau kirim hujan
yang bercermin di kamar jantungmu,
tubuhku kian digerogoti gerigi duri
berputar kencang, membangun sarang

aku sibuk menyibakkan, rungkut kesunyian
menggali parit, mendirikan pagar
kurasa yang berkubang itu tak mudah kering
lumpur akan selalu basah oleh bibir

bagaimana aku melupakanmu, kau melupakan aku
jika sampai saat ini kita -- aku kau--
terus bertanya pada Tuhan bagaimana caranya?

semarang februari 2011


CERITA PANJANG CANGKANG KERANG

CERITA PANJANG CANGKANG KERANG

i
Aku bukanlah layang-layang
bergambar ular
yang di satu sore diulur
bocah kecil anak seorang nelayan.
Meski sama-sama jatuh
namun kau tahu jatuhku lebih gaduh.

Gedebuknya mengagetkan kerang-kerang
yang lantas malu ketika
hendak berpindah cangkang
di pantai kakimu yang selalu melajang.


ii
Tiap pantai mempunyai garis pertama
tempat dimana segala langit tahun bermula
juga kejatuhanku,
yang teramat lugas terjun dari atas.

Pasir-pasir milikmulah, menyusup
ke tiap inti segala yang pernah pecah ditubuhku
sebuah kejatuhan yang sejak mengenal kakimu,
dengan keyakinan mulai gigih menabung.

Dari jerih tabungan itu,
pergelanganku mampu mencipta jam
dengan peyok jarum yang
tajamnya terus menggerus ke kanan,
hendak menguras berisik ketakutan
yang tergenang sepanjang
malam-malam di pelabuhan


iii
Cangkang-cangkang kerang
lama sudah lunas mengering,
bekas luka-lukaku lupa
bagaimana pernah mengerang

Di kakimu yang selalu jernih
aku dengan nyaman
membenamkan benteng, kastil,
kapal-kapal, mercusuar yang disangka
anak-anak sedang berlibur adalah mainan

kakimu semakin jernih,
berbaringku semakin putih,
semakin mendidih.



semarang-februari



gambar dari sini