TILANG SAJA AKU

mungkin suatu siang kau akan menilang;

kepalaku yang penuh berisi engkau

yang melaju, abai pada rambu-rambu.

kupatahkan aturan

bersebab aku cuma patuh pada

apa yang tak pernah kau miliki

: papan keberanian

tidakkah kau mulai curiga,

dimana kusembunyikan surat iijin mengemudi?

kuselipkan di jarak, yang melipatku

seperti kertas warna biru,

yang pernah memaafkanmu sebagai alamat,

keliru kutulis dibawah persis kata -dengan hormat-

pasal mana yang akan engkau jatuhkan,

untuk kepalaku yang lama lupa mengenakan

: sebulat rasa aman

beranikah engkau, sayang?

PENGUMUMAN TOP 10 DAN JAWARA CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"

SEPENGGAL CATATAN:

DI BALIK PENGUMUMAN TOP 10 DAN JAWARA CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"

oleh : Dewan Juri

Yadhi Rusmiadi Jashar

Assalamualaikum wr. wb.

Penghuni Rumah Puisi yang Terhormat,

Sungguh berat untuk menentukan sepuluh besar karya puisi para peserta cipta puisi "Kado untuk Indonesia", apalagi menentukan The Big Three dan jawaranya. Namun beban yag berat itu tetap diemban dengan mengenyampingkan unsur subyektifitas personal baik itu unsur perkawanan atau unsur perkawinan, perasaan atau perasanan (deal), dan kesilapan (kurang teliti) atau kesilauan (pada nama). Saya bersyukur, penyelenggara hanya memberikan puisi tanpa nama pemuisinya. Ini memudahkan otak bekerja tanpa terpengaruh hiruk-pikuk di luaran.

Saya pernah membaca bahwa keindahan sebuah puisi disebabkan beberapa hal, misalnya inovasi-inovasi dalam pengucapan, pemilihan teknik dan ketepatan ekspresinya, atau ekspresi yang dikandung dalam puisi itu sendiri yang banyak menggambarkan perasaan, pengalaman jiwa, ataupun tanggapan evaluatif penyair terhadap lingkungan di sekitarnya. jadi, ada benarnya perkataan Rifaterre bahwa puisi merupakan representasi dari realita kehidupan yang dipindahkan penyair ke dalam untaian kata indah. Dengan kata lain, puisi adalah tiruan (mimesis).

Membaca lebih dari 200 puisi peserta, beberapa catatan perlu dikemukakan di sini. Pertama, beberapa karya ada yang kuat di larik-larik pertama, namun mengendur di akhir puisi. Kedua, ada pula yang memaksakan diri berpanjang ria sehingga puisinya kehilangan fokus. Ketiga, sebaliknya ada puisi yang mengangkat ide besar yang hanya ditulis dalam dua atau tiga paragraf, dalam artian puisinya belum selesai, masih bisa dieksplorasi kemungkinan-kemungkinan mengembangkannya. Keempat, disayangkan sekali, ada puisi yang bagus tetapi kurang sesuai dengan tema. Kelima, terlalu boros menggunakan tanda baca, terutama tanda titik (.), tanda koma (,) tanda seru (!), dan tanda tanya (?). Keenam, gramatika (tatabahasa) dan eyd kurang diperhatikan. Walau, dalam puisi dikenal istilah penyimpangan gramatika dan Licencia Poetica, unsur ini tidak lantas harus diabaikan peserta (contoh yang paling nyata, peserta tidak mampu membedakan /di/ sebagai imbuhan; ditulis serangkai, dan /di/ sebagai kata depan; ditulis terpisah ). Ketujuh, Pemborosan ditemukan juga dalam pengulangan kata yang sudah disebutkan di muka atau mengulang menuliskan kata yang memiliki makna referens yang sama (contoh sederhana, klausa "aku berjanji pada diriku sendiri" dalam puisi cukup ditulis "aku berjanji pada diri", sebab kata /ku/ dan /sendiri/ sudah ada acuannya, yaitu "aku". Bukankah puisi adalah pemadatan?).

Penghuni Rumah Puisi yang Terkasih,

Untuk menambah wawasan kita, ada baiknya dikemukakan pendapat Rodman Phillbrick berkaitan dengan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses menulis kreatif puisi. Pertama, perencanaan. Walau ada beberapa penyair yang tidak butuh ini, tetap saja kita harus meluangkan waktu 5 atau 15 menit atau lebih untuk merencanakan menulis puisi. Mulailah menulis, misalnya menulis sesuatu yang menarik perhatian. Bisa hujan yang turun, daun kuning yang luruh, air sungai yang mengalir, malam yang hening, Gayus yang plesiran, atau momen lain yang menarik perhatian. Kedua, memastikan bahwa objek yang ditulis penting artinya untuk dipuisikan. Ini sangat relatif. Ketiga, jika tiba-tiba sumbu-sumbu imajinasi di otak tersumbat, ide tidak mengalir, melakukan relaksasi penting. Berjalan-jalan sambil meregangkan otot di pekarangan rumah, melihat lalu lintas kendaraan, memberi makan peliharaan, merupakan bentuk-bentuk relaksasi yang justru ketika kembali akam muncul ide-ide segar yang memperkaya puisi kita. Keempat, liarkan imajinasi. Jangan terpaku kepada satu pengalaman jiwa. Cobalah mengaitkannya dengan pengalaman lain yang satu warna dengan apa yang hendak ditulis. Hal ini akan membuat puisi kita lebih kaya. Kelima, gunakan metafor. Dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan gunakan kata yang tepat. Hindari berpuas diri sampai kita merasa yakin kata yang digunakan sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan.

Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan revisi setelah kita selesai melakukan proses kreatif menulis puisi. Dalam tahap ini kita bisa melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang kurang tepat dan kurang sesuai, dengan tujuan memadatkan. Kita bisa minta pendapat para sahabat atau melaukan peer-review terhadap puisi yang telah kita tulis.

Penghuni Rumah Puisi yang Tercinta,

Karya puisi yang masuk ke meja penilaian dinilai dengan indikator; kesesuaian tema (bobot 10%), kekuatan metafora/diksi (bobot 30%), keindahan puisi (bobot 25%), kekuatan pesan/makna (bobot 25%), dan pemilihan judul (bobot 10%). Karya-karya yang masuk, semuanya layak untuk menjadi pemenang. Hanya saja tidak mungkin seluruh peserta tertampung di dalam satu buku mengingat keterbatasan jumlah lembar. Bagi yang belum berhasil kali ini, tentunya kesempatan di lain waktu telah menunggu. Apalagi kabarnya dalam waktu dekat Rumah Puisi akan membukukan karya para penghuni Rumah Puisi. Kesempatan ini jangan disia-siakan. Hal yang terpenting, ajang ini telah merangsang kreatifitas kita untuk menulis. Kata kuncinya adalah menulis. Menulis dan menulis. Abaikan dulu penilaian. Sebab boleh jadi di tangan penilai lain, puisi Andalah yang terbaik. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, saya haturkan maaf bila karena saya puisi Anda belum terbukukan. Dan, dengan mengucap bismillah, berikut ini ditetapkan "sepuluh puisi terbaik" dan jawaranya yang pada waktunya akan diumumkan Ady Azzumar sebagai penyelenggara cipta puisi "Kado untuk Indonesia". Demikianlah.

Salam hangat selalu dari YRJ.

Wassalamualaikum wr. wb.

Dan inilah:

DAFTAR SEPULUH BESAR (NOMOR URUT BUKAN PEMERINGKATAN)

  1. Metafora dalam Bingkisan Air Mata : OLEH : FAKHIRA AKASIA
  2. Pada Jantung yang Keropos OLEH: HYLLA SHANE GERHANA
  3. Datang tak Dijemput Pulang tak Diantar OLEH : HUSNI HAMISI
  4. Kunyanyikan Lagu Paling Gula OLEH ARIF FITRA KURNIAWAN
  5. Indonesia dalam Naungan Doa Kami OLEH: MUHAMMAD HADDIY
  6. Yth Yang Mulia: Mr. Rich OLEH : FIYAN ARJUN
  7. Dang Sendang Kopi Malam, untuk Indonesiaku OLEH: ARKITAN JS SANISTA
  8. Kau Aku untuk Negeri OLEH: DALASARI PERA
  9. Luka Tanpa Nama OLEH : RADITYA USRA...
  10. Jalan Menikung Ke Limbur Mengkuang OLEH: JUMARDI PUTRA

JANUARI, HUJAN, DAN DONGENG YANG MEMBENTUKNYA


- hujan  dan  januari  rebah  di  rumput  basah,
bertukar  pandang,  tak  lagi  sanggup berbantahan

- mungkin  ada  dingin, selepas  gerimis  tandas  dari  badan  gelas,
dibawah  meja  kita melihat, sepasang  gigil  berpeluk,
saling  menjashujankan.

- aku memintamu  menceritakan hujan,
hujan  yang  lain,  hujan yang melankolianya
belum  pernah tertangkap  arah mata angin.

- hujan ya hujan, teriakmu  marah,
selamanya  tetap  ambigu!, sambil terus 
memasukkan  tik-tiknya   ke dalam saku  bajuku.


- kau  tahu, januari  dan  hujan, demi  lumpur,
mereka kiranya yang  telah  membuat tahun baru
menjadi   tahun  bara yang  subur.

- barangkali  engkau  benar, hujan  lama menjadi  tandu,
membawa  demam  kening  para  penyair,
ke kalimat  yang  tak  hendak  berakhir.

- ah, kita  mulai  menyukai  majas-majas,
yang  begitu  ajaib   terlepas,
dari  bibir  penyair  maupun  penyiar,
dari  puisi  atau  lugas   berita,
bibir  mereka  alangkah  sihirnya.

-  maka  bagi  para  peri, sekotak januari,
adalah  papan tulis  langit,
sayap  mereka berlomba  menjahitkan  kata ke  mendung  yang  jauh,
dan sorenya satu-satu  huruf  yang  mereka  sembah itu   melepuh.

-  hujan  yang  maha kaya,
memiskinkan  kita, baju  bahasa,
yang  sering  terpasung  putaran lidah  mesin  pencuci.

- tanyaku padamu, yang  menampik segala  teduhan.
mengapa  lidah  sekarang,  memilih telanjang,
“ agar  ketakjujuran  bisa  hujan-hujanan! “

- bencilah  aku, bencilah  aku  karena  terus  meyakinimu !
kita mendengarnya, ketika  hujan  menghujani jantung  dada  januari.

-  hujan  ini mungkin  dirimu  dalam  padanan,
yang  melimpah,
yang  melumpuhkan,
julang  suaraku  dalam  keramaian.

-  januari  memulangkan  payung-payung,
yang di bulan  lain,  kerap  diunduh  atau  diunggah,
oleh jemari  pencuri serta telapak  penadah.

- saranku, tidurlah  dulu,
karena  dongeng  januari dan  hujan,
tak  akan  menyelimuti  tubuhmu  dengan  ucapan  selamat  malam.



gambar  diambil  dari sini

BUKU ANTOLOGI KEDUA SAYA : MUNAJAT SESAYAT DOA

Untuk kedua kali, puisi  saya ikut dibukukan  setelah  antologi  Puisi  Kasih- tanah, air, udara  Hasfa  Publishing, sekarang (bersama 99 nenulis-penulis lain) Munajat Sesayat Do'a yang  merupakan antalogi puisi dari seratus pemenang lomba Forum Tinta Dakwah FLP Riau. 

Telah terbit di LeutikaPrio!
Judul : Munajat Sesayat Doa
Penulis : Pemenang Lomba Puisi Forum Tinta Dakwah FLP Riau
Tebal : vi + 142 hlm
Harga : Rp 35.000,-

Sinopsis: 
Bagi Anda para pecinta puisi, membaca sebuah antologi puisi mungkin sudah berkali-kali Anda lakukan. Namun sudahkah antologi puisi yang Anda baca tersebut memiliki keunikan seperti yang ada pada antologi “Munajat Sesayat Doa”??? Munajat Sesayat Doa merupakan kumpulan puisi penggugah jiwa. Sastra tak selamanya berkecimpung dalam dunia abu-abu, namun sastra juga mampu memberi setetes pencerahan bagi jiwa-jiwa para penikmatnya. Munajat Sesayat Doa merupakan antologi puisi berisi karya pemenang lomba puisi Forum Tinta Dakwah FLP Riau yang dilaksanakan secara online dengan memanfaatkan fasilitas facebook. Ditulis dalam bentuk puisi-puisi yang ringkas dan padat, namun bukan berarti mengenyampingkan kekohan dan kekuatan makna bahasa para penyair. Puisi-puisi di dalam Munajat Sesayat Doa merupakan bahasa-bahasa kejujuran dari seorang penyair selaku hamba Tuhan kepada Sang Pencipta. Kejujuran kondisi diri sekaligus ungkapan cinta patah-patah yang terlahir dari jiwa penyair.

Lihatlah ungkapan ini:


Karena tasbihku terlalu kelam untuk kuhitung,

Maka aku pun tersungkur memutih
dalam cintaMu di paragrap sunyi doaku
Senja memang selalu jingga, sayangku.
Tapi zikirku lebih memutih, lebih membumi,
dan lebih melayangkanku.

Atau kejujuran yang ini:


masa telah membuat kami kuning. ringkih dan lapuk

di ujung karat. tak kuat menahan sengat mentari yang
kadang jahat panasnya.
semilir angin pula telah
cukup sulit hingga tak dapat kami
pegang dengan erat.

Munajat Sesayat Doa memberi ruang kepada para penyair dalam berbagai jenjang dan tingkatan, baik bagi mereka yang telah memiliki karya berserakan di media nasional, maupun mereka yang pertama kali membukukan karyanya. Asah kemampuan berpuisi Anda dengan menjadikan Munajat Sesayat Doa sebagai koleksi. Sebab memiliki buku ini tak hanya akan menjadikan Anda sosok yang mahir bersastra, lebih dari itu Anda juga diajak bermunjat dan beramal, karena keuntungan royalti penjualan antologi ini akan dijadikan sebagai anggaran donasi bencana alam di tanah air.


selamat membaca dan menikmati


Salam sastra penuh manfaat!

(sumber LeutikaPrio)


 : dan  inilah  puisi  saya  yang  termuat  di  ANTOLOGI  MUNAJAT SESAYAT  DOA (Leutika Prio)

CINTA  BUTA  SUARAKU  KEPADA  TELINGAMU

sejak suaraku  mengenal  telingaMu,
ia tinggalkan telingaku,
yang tak kuat  menampung,
gelombangmu, cahayamu  yang menumpang,
cermin  melengkung di dengung  jantung

ia ingin  kau simpan  sebagai  keheningan,
sungguh  tak  peduli ia, sehabis  ini,
hanya   mampu  bicara  kepadaMu
dengan  bunyi menggigil,
ribuan bahasa  ganjil.

AF  Kurniawan.

Dari saudara sekebunku Husni Hamisi

Dear kawankawanku
dan terkhusus untukmu kawan penyair arif Fitra Kurniawan

aku telah mengikat janji dengan statusku ini, dalam kesunyian JSTH yang diasuh guru huhi (hudan hidayat) yang sedang bersemedi, aku ingin merayakannya dengan membaca ...
puisi kawan-kawan yang sampai diberadaku tiap malam hingga malam tahun baru, tepat aku mengetik sekarang ini, suara reporter cantik lewat layar kaca menampaikan berita, bahwa tak beberapa lama lagi tim garuda kita bakal bertarung, kudengar pula paman nurdin nurdin halid ada di tribun utama

...
Dear kawankawanku
dan terkhusus untukmu kawan penyair arif Fitra Kurniawan

pernahkah kau mengenal atau bertemu atau bersua bahasa dengan Nirwan Dewanto, si paman esais dan juga penyair yang jantungnya terdiri dari campuran lapisan manisan lebah ratu?, jika belum maka marilah kita bersama berkunjung mencicipi jantungnya.

suatu ketika paman penyair Nirwan pernah bernubuwwat kepada telinga yang mencintai katakata serupa kita, bahwa " puisi yang mengundang kenikmatan bagi sang kritikus sastra untuk mengulitinya adalah puisi yang lahir dari meja bedah sang penyair yang juga ganas mengkritisi puisinya sebelum dilahirkan ke dunia ini". mungkin kau bertanya, dimanakah kutemukan rangkaian katakatanya ?, maka kusampirkan sebuah lolypop di bibirmu itu, bahwa " tentu saja redaksi katakata darinya tak sama persis dengan yang kuhadiskan, aku menambah sedikit anggur malam padanya, agar aku, kau dan kawankawan sekalian dapat lebih mabuk menikmati puisimu ini ;


MANISAN DALAM STOPLES
barangkali kau yang semasak buah sirsak, berbiji surat-surat dan alamat. sungguh tangguh dirimu menyembunyikan sebongkah pahit, yang tak kunjung meneyerpih seserpihpun meski telah kupahat-pahat . ta...k kudengar kau menjerit.

berhala berlarian, seolah baru saja bertemu dengan tuhan,saat kugantungkan telapak kapakku dilehermu, tebing leher yang lacur bagi kesalahanku, membuatkan selebar ranjang, pernah kantukku disitu terpaksa bermalam, sebab penginapan lain penuh dihuni musim hujan.

suatu kali tanpa sengaja kutemukan kau, setelah aku bertahan selama bertahun-tahun untuk tak mengejarmu, bayangan lidahku yang diuputus temaram, aku menyaksikanmu di sebuah toko oleh-oleh dan manisan, kau membawa kecurangan, di senyummu tak tertera tanggal bepergian, jalan baru, dan balas dendam yang berhasrat ingin kau impaskan, nama kadaluarsa.siapa kiranya yang alpa mencantumkannya dalam kemasan luarnya ?

kau pergi lagi, bersama petikan lagu-lagu, dijinjing tamasya demi tamasya,, hari libur kian bertambah lebar dan subur, mengabarkan bermacam kesedihan jam yang terus bekerja,dan acap memprotes upahnya tak sesuai. aku melihatmu,dalam stoples bening, dengan mataku yang makin dipenuhi sisa usia dan benang yang tak henti berbantah-bantahan. hingga apa yang kusaksikan terlihat lebih murung dan miring. tiba-tiba kau tergilincir dan jatuh. semoga ini cuma kesalahan mataku yang gaduh.

kampung layur, desember 2010


empat helai bait manisan yang begitu nikmat, ada manis ada asam ada asin, nina-nina rasanya kawan. hehehe

Dibait pertama, aku, tepatnya pembaca seperti aku 'dikutuk" kau dengan menyamakan diriku dengan buah sirsak yang telah masak, aha.. apak...ah kau seorang dukun puisi? aku memang seorang pria bertahi lalat yang menggandrungi buah sirsak. Buah "nangka balanda" dalam bahasa timur , bahasa tempatku dilahirkan, jaman dulu di kampungku, konon kabarnya diceritakan turun temurun dari mulut-mulut yang dipenuhi kapur dan sirih, bahwa sirsak itu adalah buah andil dari persekutuan gaib antara seorang meneer serdadu belanda dengan jin musang penunggu telaga, demi istrinya yang lagi bunting dan lagi ngidam buah nangka, nangka yang tak kuning sayang, tapi putih aduhai seperti gigi taring di mulutmu itu. kemudian daripada itu, suatu malam yang dipenuhi cahaya petir dan dentuman gemuruh guruh, sang istri bermimpi bahwa dari rambut hidung sang suami tercintanya tumbuh pepohonan berbuah semangka, buah yang bijinya menyimpan suratsurat dan alamat katamu, sebuah tanda dan penanda bagiku untuk masuk ke puisimu ini.



aku mengikuti "gaya surelis", seperti kau menulis puisimu brader.. hehehehe...

Memang kuakui kawan, bahwa istriku yang tinggi langsing yang cantik jelita berhidung mancung yang lagi bunting yang masih bernasab pada grandfather antonius franc...ake gulaguli sepupu keberapa dari dewi cleopatra legenda ratu tercantik mesir kuno, pandai menyimpan rasa sakit kepahitan hidup, sama dengan semua wanita yang ditakdirikan kokoh dan selicin tupai dalam menyimpan perihpedih kehidupan jauh melebihi kemampuan lakilaki. untuk itulah kenapa para TKI kita lebih banyak dari kalangan wanita, boleh jadi paman senyum dan koncokonconya sangat mengerti, bahwa wanitalah paling pas jadi umpan matang untuk meraup panen untung dari paham kapitalisme firaunisme yang mereka terapkan, paling tinggi hitungan mereka hanya beberapa saja yang tak mampu menyembunyikan jerit seperti harapmu, bakal terendus media dengan mengenakan titel “inilah dia sang pahlawan devisa kita” yang telah menjalani isi neraka ketiga serial komik bajak laut si topi jerami yang dengan begitu meyakinkan menerima takdir untuk disetrika, diperkosa, upah tak dibayar, disiksa, di cambuk lalu di setrika lagi diatas kasur, lalu memilih gantung diri karena ulah sang majikan di negeri-negeri rantau. Begitulah legenda itu mulai bermain di kepalaku kawan, setelah terkena jerat kutukan bait awalmu wahai penyair arif FK bachdim. ( hahahaiii)


Bait kedua kau makin berani membelah otakku dengan kapakmu,
tanpa kusadari sebab kau berhasil menghipnotisku di bait awal dengan menyogok pikiran ini bahwa senyumanku yang sering kujemur pada mata kemarau semua orang itu selalu semasak na...ngka belanda, aha....apakah kau sepupu kelima dari dedy corbuzer?, dengan tanpa merasa bersalah kau katakan kantuk kutukanmu begitu manis bersarang di mata pikiranku, saat memandang keperihan hidup para pengungsi merapi dan masyarakat bromo yang kesulitan ditengah hujan debu sulfur namun sengaja dilupakan mereka (paman senyum dan koncokonconya), semenjak siaran berita begitu sumringah memaparkan firman untina rajin memasok umpanumpan matang kekaki kakak cristian gonzales yang mungkin masih sedarah dengan istri sang meneer belanda keturunan grandfather antonius francake gulaguli. zaman kita ini , media siaran begitu hebat mencuci dan mengarahkan opini umum masyarakat, hingga halhal yang pokok yang kurang sesuai dengan selera pasar tak ada kompromi untuk disediakan ruang bermain jika tidak mendatangkan fulus. kau sangat cerdas menyebutnya " sebab penginapan lain penuh dihuni musim hujan" wahai penyair arif FK bachdim ( hahahahaiii)

Di bait ketiga aku akhirnya luluh tak sampai hati lalu meluluskan permintaanmu brader, saat kau mulai terang bercerita bahwa sebelum persekutuan kita ini terjadi, kau tak sengaja akhirnya menemukannya setelah sekian tahun pura-pura tak meng...ejar si jelita idamanmu yang berhidung mancung yang masih keturunan grandfather antonius francake gulaguli itu di sebuah toko manisan depan kantin sekolah, katamu sambil menghiba kepadaku, dalam stoples berbentuk kelinci itu, dia lagi nungging memamamerkan senyumnya yang diolesi mentega rasa sakit yang tak mampu terjeritkan, kau lalu bertanya kepadaku "tuan.. tahukah kau...siapa oknumoknum pencantum nama kadaluarsa di kemasan dada garuda kekasihku yang selalu jadi korban kerbau hitam dari keganasan semisal mega korupsi century yang tak pernah selesai, mafia pajak gayus, banjir lumpur lapindo, dll...wahai jin musang yang baik hati", maka jawabanku padamu "kaum kaum itu bakal terkutuk selamanya di dalam neraka, lalu kita samasama mengaminkan tujuh kali". apakah kau puas dengan persekutuan kita wahai penyair berbibir sirsak arif FK bachdim (hahahahaiii).

Dan seperti sebuah lagu dia akhirnya pergi, (akupun selalu mendoakan begitu kawan, lebih cepat lebih baik) lalu kita memandang kepergiannya dari ekor mata katakata yang tetap gaduh di kepala kita sambil bermohon kepada Gusti Allah pencipta petalapetala langit jika mungkin dia dan konco-konconya diringankan dari siksaan alam kubur yang begitu keras yang akan menjemputnya. setelah firaun, abu lahab, namruz, george bush, ariel sharon, paman senyum dan koncokonconya adalah anak keturunan dari si jelita istri sang mener belanda yang masih memiliki nasab kepada grandfather antonius francake gulaguli yang memiliki persekutuan jahat dengan jin musang anak buah dajjal laknatullah. Mereka kekal dalam kekelaman katakata kita.

....

Begitulah puisi yang indah itu, selalu memancing pembaca untuk bertambah dan bertambah liar dalam berimajinasi, puisi indahlah yang dapat menghasilkan inspirasi yang meruap-ruap bagi pembaca yang menikmatinya, dan itu kukira semua terlahir dari kecerdasan terselubung sang penyair dalam meramu katakatanya . penyair ini sangat pandai memainkan jurus "satu dua satu dua seperti strategi sepakbola", ia memilih kata-kata yang bunyinya serupa (rima), baik diawal ditengah atau diakhir batang puisinya.. hehehe

Maka terpujilah kau wahai penyair arif fitra kurniawan.

nah sekarang berapa kosong untuk tim indonesia kawan ?, aku suka tim malaysia, namun pada malam ini semoga tim garuda lah pemenangnya, hehehe, selamat menonton kawan-kawan.

( kesemua  tulisan  ini  saya  rangkum  dari  catatan  yang  sepertinya  dibuat  khusus  untuk  puisi  saya  oleh  Husni  Hamisi    http://www.facebook.com/husni.hamisi, terakhir,  dengan  segala  hormat  saya  sampaikan  ungkapan  terimakasih  atas  apresiasinya  terhadap  hasta  karya  ini, salam  dari  penyair  pemalu  sekaligus  pemula :  AF  Kurniawan,  bachdim, )

sajak  "Mainan  Dalam  Stoples", merasa  menjadi  sari  Drupadi  malam  ini.
MATA PALING INDAH    

Aduh  ibu, berhasrat  ingin  kukail  sepenuh  maaf  yang  limpah  di  telapak  kakimu  yang biru laut itu,  betapa  surga dan  pahala betah berenang-renang  di sana, sungguh  apabila  bagimu  telingaku  sedemikian  durhaka membantah  lidah  yang  tuah, kelopak  ranum  yang  menguarkan  pepatah  demi  pepatah, maaf, perawan  ini  tak hendak  mengecewakanmu ibu. Percayalah  ibu, aku  akan bahagia, insya Allah  dengan  apa  yang  akan  kujalani nanti. Aku  tahu, tiada  orang tua  bermaksud  melepas  anaknya ke rimba  celaka, sering  kau elus  keningku, sesekali  ketika aku  dihadang  kaca   persegi dikamarku, ketika rautku  tumbuh  menjadi lebih subur dan  sabar  daripada  gambar yang  diambil oleh  tukang  foto  keliling berbelas tahun  yang  lalu,  dengan pipi  beringus dan rambut belakang  berikat  karet  gelang, tak  henti   kudengar   dari  bibirmu  yang sarang  lebah itu,  nak, kelak carilah jodoh  yang ber--bibit, bebet, bobot, mampu  mengimami, mengayuhmu  ke arah paling kiblat. Arah  yang  ruasnya dibentarakan  ribuan  malaikat.  

Aduh  ibu, berhasrat  ingin  kujewer  telinga  sendiri, seperti  masa  kecil  ketika  kupatahkan  jarum  jahitan, ketika  kelingkingku  sedang belajar  menuntaskan  segenap  rasa penasaran. Dan  kau tak  pernah  benar-benar  marah,demi   melihat kelingkingku tertusuk  ujungnya  yang tajam,   kau bawakan  keciap  aduhku sebotol  obat  merah.  


Berulangkali  engkau  datangkan  padaku lelaki-lelaki itu, lelaki  yang  menurutmu  membawa     rempah-rempah kapal ketaatan  nabi  nuh, yang  berhasrat  meminangku  sebagai  palka, atau  sekoci, mereka  yang  menjanjikanku  separuh kegigihan  dunia  dan  separuhnya  lagi  ridho  dari  lurusnya beragama, bukan  seperti  ibu, bukan  niatan  untuk menampik  mereka seperti tubuh  gelasku  yang  mencoba  mengepaskan  seberapa  pantas  ukuran  baju. Memilih  dan  memilah, untuk  kemudian memulangkan mahar  rencana mereka  dengan tengkuk tertekuk. Membawakan   kabar tak layak  bagi  ibu-bapak mereka  yang  tetua  kampung, imam  masjid, kepala dusun, para  amtenar.

Maka  sekali-kali  ingin  bergegas  kukecup  keningmu  yang  padang rumput itu, tiap  kali engkau  sedikit  jengkel-meskipun  tak  sebenar-benarnya  marah-  ketika  berujar, nak, sampai  kapan engkau  begini, apa  hati  perawanmu  tak  ciut, tengoklah  itu, waktu  terus  memburumu. Maka  dengan sejujur  lidahku  yang hijau, berucap, sampai  datang  yang sebenar-benarnya  jodohku, ibu.  

Mungkin inilah  ibu, jodohku, bisikku  padamu  ketika  suatu  siang, ia  datang  membawa  lebih dari sebuah  keberanian. Lelaki  yang datang  tanpa  sanggup  menjanjikan apapun  selain  utuh  dirinya  sendiri, lelaki  yang  berjujur ketika  di surau tak  pernah  khatam Al qur’an, dan  dalam  kehidupannya  ia  selalu  berdoa sehujan  mungkin,  agar  ada  yang  berkenan  mengajarinya mengaji, bersebab  tak  ada yang  sabar  mengajarinya, ah, siapa pula   yang sabar  mengajari lelaki yang  matanya  buta?.  Kemudian  kau  menggayuh  lenganku  ke kamar, Ndun, kau  yakin  pada  yang  engkau  pilih, tidakkah engkau  lihat  dia  lelaki buta, tegasmu.  

Aduh  ibu,  betapa  ingin  kulepas  beribu  kupu-kupu  untuk  meyakinkan rasa heran  di kembar  alismu  itu, justru  karena  dia  buta, maka  aku  juga  menutup  mata  ketika  menerimanya,

bukankah  hati  itu  luas sekali cahayanya ?,

bersebab   ketika  ia  menjatuhkan pilihanya  pada  seorang  Hindun, ia tak  pernah  memperkirakan serta  memperkarakan  rupa, harta, atau  segala  warna  dunia. Lelaki  itu  cuma  berkeinginan untuk  berbagi, ibu. Dan  itu  akan  membuatku  bahagia  karena  kelak satu  ibadah  paling  indah  adalah  mengabdi  kepada  suami.  

Aih,  betapa  ingin  kuluapkan  segala  gula-gula  ketika  engkau  tersenyum  dan  mendorong  tubuhku  untuk  kembali  ke ruang  tamu. 







nb :  FF  ini  saya  ikutkan  dalam  lomba  FF perjodohan  Hasfa Publishing

TEKA-TEKI YANG ENGGAN SALING MENYILANG

TEKA –TEKI  YANG ENGGAN  SALING MENYILANG 

mendatar

1. kelelawar  yang memilih memalamkan  mata  di gua-gua,
bersebab telunjukmu  telah  mengiris  cahaya  bagi  penglihatannya

2. yang  tak  berubah, meski tiap nomer  urut  benda  berpindah,
dari  rumah  ke rumah, dari  wajah ke  wajah.

3. sebuah  kota, tempat  kelahiran  bising  yang  memahat  berhala,
tuhan  kesepian  kehilangan  bibir-bibir  pendoa

4.  dibaca  terbalik; kepalamu  tenggelam dikakiku  yang hijau  lumut,
berenang-renang, berenung-renung.  wajar  jika palung  yang  diseberang
tak jangkau  digalahkan pendek  dayung.

5. makna  yang  disembunyikan  tiap  kata  yang  enggan
dibubuhi kata  sandang  dan  imbuhan, adakah?

6. kemungkinan  permainan,
yang  dilakukan  saat  tuhan  sedang  bosan.

7. lagu  kebangsaaan  para  hewan,
setelah  menjarah  umbi, jagung  dan  kacang-kacangan.
yang  tak  menanam  tapi  ikut  memiliki, aduhai.

8.  istilah  kejiwaan  untuk  puisi,
yang  mencintai  penyairnya,  sakit  yang  lebih  memilih
untuk  enggan  disembuhkan.

9.  diberi sejengkal hendak  sehasta, beroleh  sehasta  hendak sedepa.
demikian  lambung  menggelombangkan  godaan  bahasa.

10. nama  bintang  yang  nyalanya mudah   langit  banting,
yang masuk  ke buah-buah  jambu  merah  hampir  masak.
ada  yang  memetiknya, ada yang  memetiknya,
menjatuhkan  pengetahuan kita.



mendatar

1.  selain  cinta, yang   menyediakan usianya 
untuk  melata demi setangkai  melati,
yang  lebih  membakar  diantara  senapan  api 
pada  lukisan  mawar. menjantungkan  tiap  debar.

2. negeri  yang  menghasilkan  kerajinan  tangan,
jutaan  topi-topi  kurcaci,
yang  jika  sudah  kesana, tak ada jalan   kembali.

3. serupa  padanan, halaman  belakang  koran,
disana  ada  namamu, panjang  namun  sepi.
menyambut  obituari

4. arus  yang  menguras peluhku,
ketika nanti  punggungku ditopang  kursi  roda,
dan  kau, berkilah  menjenguk,
membawa warna-warna  jeruk.

5. perkakas  rumah  tangga, dulu  namanya  telaga,
kau  akan  tahu, setelah  kehilangan tanya,
sesedih benalu  kehilangan  inangnya.

6. sebuah  penanda  yang  tuhan  cipta,
ia  mengucap  satu, kita mendengarnya  beribu.
di musala, gereja, pura, kelenteng, maupun  vihara.
ada  apa, saudara?

7. diulang ; kata  selain  cumi-cumi, ataupun  cuma-cuma
yang  telur-telurnya pun sebelum  ada  sudah  kita  beri  harga.

8. bagian  dari  tubuh  yang  sering  meminta-minta,
kepada  waktu  agar  ia  lupa,  atau  paling  tidak  sabar  menunggu,
bersebab  tubuh  sedang  mengeringkan   baju.

9. cerita  rakyat, yang  tokohnya  tak  mau  keluar  dari  belukar,
sebelum   seekor  anak kelinci  lewat,
mengiriminya  kabar, hutan  ini  akan  segera  dibakar !

10.  disingkat :  Persatuan Mata-Mata  Yang Telah  
Berusaha Membaca Puisi  Segigih  Membaca  Kitab Suci,
aih, alangkah khusuknya.

KITA SEMACAM KERTAS UJIAN

KITA SEMACAM KERTAS UJIAN

perihal sulit, hasrat sendiri yang mustahil kita kerjakan, sepetak jawaban yang berdalih ketika kita ingin menenemukannya meski nyaris tinggal sepetik, namun selalu cuma mengasilkan kegagalan. yang sepetik itu tak mampu membulatkan suara jadi sepetak.

kemudian gelinggam bibirmu memungut alasanku, alasan yang sering kulempar dengan tanganku yang kidal ,diam-diam kita berpencar, ke tiap geligi pertanyaan pertanyaan yang kering dan kertas. pertanyaan yang membuat ucapan sendiri jadi salah dan berebut untuk saling menyilang.

waktu membawa lonceng,bel, alarm. atau apa saja yang mengandung niatan untuk mengagetkan.agar detak kita menyangka lubang-lubang kesempatan yang kita tabung tandas dan mengelupas, lalu kita akan keluar dengan mematahkan tengkuk, membiarkan tiap kejadian remuk.

YANG MENCOBA MEMINANGMU ; KEKASIHKU

YANG MENCOBA MEMINANGMU ; KEKASIHKU

kau baginya hawa, yang suatu hari akan menemaninya, menguaskan surga sehabis bertahun-tahun menelan buah yang mahir berpura-pura. maka ia liurkan tetes pahala,yang sembunyi dan endap dilidah paling atap. ia barangkali anak seoarang ulama yang rajin memintukan tiap pinta,menyeret lenguh doa, ke tengah dada.tapi ia tak tahu,lubang hatimu, terlanjur penuh berisi aku. cintamu kepada aku, mengirimnya ke luka paling neraka..

kemudian datang lengan berseragam rapi, abdi negara,berlumur minyak wangi, yang didulang dari keringat rakyat sendiri. sungguh ia pandai, seumpama kau pohon kapas ia gesit tupai,ia menumbangkan seisi ladang, juga lunas perabotan.agar engkau menjadi cermin yang leluasa berdandan.tapi bagaimana bisa, bila dalam tiap kedipmu, selalu tumbuh silau wajahku.cintamu kepada aku, adalah dahan raksasa yang menjatuhkan keasyikan bermainya meloncat-loncat sepanjang paribahasa.

ia mengaku pernah terkenal saat datang kepada engkau,sebagai pemusik,pengrajin suara, lalu kau dimasukkan kedalam rencana besarnya,menghabiskan dunia, berdua.ia merayumu dengan gula-gula dan lagu-lagu.kau cuma tersenyum, membiarkanya gila dalam kegagalan.kau asyik berbicara sendiri,tiap nada yang keluar dari bibirmu adalah panjang nadi darahku.cintamu kepada aku, membuat seluruh lagunya dihantui lolong panjang serigala pada tanggal lima belas purnama.



gambar diambil dari sini