aku dan seorang wanita yang gemar berdandan tanpa lampu



Masuk saja dulu, masuk ke paru paruku yang berwarna lampu.

Terbiasalah berdandan di sana agar lengkung alismu kilau,

Dan aku adalah kedut yang pingin melihat apa jadinya sebentuk rupa

yang berias tanpa kaca.

Mungkin engkau rasa marah yang dikirim perempatan,

Untuk membangun keramaian kota di dasar lambungku.

Terus menerus memasukkan bising demi bising,

aku tegak di seberang jalan yang lain,

melihat bagaimana dendammu menjalar

dan mengukur panjang kelingkingku,

seperti umbi yang tumbuh dari sepsang sepatu.

berserabut rumit tapi ingin selalu kubaca.

lihatlah senja di mulutku tak mau henti mengeluarkan dongeng naga

yang acap membawa petaka.

Menakuti mimpi masa kecil.

Dengan bola-bola api.




Aku kau asyik bercinta di dalamnya.


SMS ALIA : ( bagian ke 2)


alia : Yipp, aku bawa kabar buwat kamu.
aku : ?
alia : aku berhasil jadi tenaga full time nya BATAVIA AIR.
aku : hah ? pramugari ?ato tukang cuci? baguslah,...selamat !
alia : kok ketus ? heran kamu sekarang jadi antagonis kayaknya.
aku : emang keliatan ? masih kurang ucapan selamatnya,..?
alia : kamu jahad !
aku : =)


setelah itu ngga ada sms dari alia lagi.
sampai kemaren malam ada Sms masuk :


Alia : yipp lagi apa ?
aku : kenapa ? udah reda ngambeknya ?
alia : theres a prob , aku ga kuat kalo kayak gini terus, aku capek yipp... T_T
aku : maksudnya ? ah, cengeng....
alia : aku ga mungkin kerja underpress gini, aku terkucil,
yipp boleh ga kalo aku bilang manusia capek jadi manusia....

aku : boleh. siapa yang bisa ngelarang.
alia : ada tips ngga yipp, kuatin aku.
aku : ngga ada ide. blank.
alia : please,....indeed.
aku : huh dah dibilang ngga ada. yau dah sekarang, sekali-kali turutin kata hati.
alia : what mean ?
aku : lhah katanya bosen jadi manusia. sehari aja. kamu coba
menyalak jadi anjing dari pagi
ampe malem, ato mengembik kayak kambing.
alia : kok ?really ?apa yang bakal terjadi ?
aku : iya ga tau juga. belum ada yang pernah lakuin.
liat aja apa yang bakal terjadi besok kalo kamu udah berhasil
jadi anjing.

alia : kamu tambah bikin aku ssedih. T__T


sms berakhir, karena saya ngga kasih balesan , sampa pagi tadi saya dibal bel melulu ama alia, akhirnya saya angkat males-mlesan, hari masih subuh dah jadi alarm.


" ngapain lagi siih Al, kayak ga da kerjaan aja selaen ngerjain orang tidur ! "

suara dari Alia,

"Ya Allah yippppp di telpon dari tadi nggga diangkat angkat,, aku cuma mau bilang..., makasih makasih buat idenya kemarin. seharian aku jadi anjing, dan tenyata anjing cuma bisa ngeluh. Yipp aku langsung kangen jadi manusia yipp, ternyata bener, bener, ngga ada yang lebih enak selaen jadi manusiiiaaaa,.....
hmmuah,hmuuah."


"kutu kampret.... "

kaset

K a s e t.

Side A


Lagu-lagu ini masih saja sering kau tanyakan, apakah terdapat sebait jerit dari suaraku yang mengertas di jalan yang sempat lepuh oleh peluh , lolong akhirnya panjang menggapai terowongan dari punggungmu yang terus membela diri. Di atas lancip gerigi, pita memutar gulungannya, sementara ingatan akan hujan yang curah ke lengan gaun pestamu benar benar telah menyebabkan nada menderu. kau tahu, tanpa basah, aku tak mungkin kuasa menjadi lidah. Semuanya kembali bergerak melewati erang pahit, kembali melebarkan labirin-labirin yang pernah kita buat. Nostalgia raung-raung ganjil memenuhi ruang-ruang nihil, tepat dimana kepekaan milik kita menemukan titik interlude paling jujur. Memutar tiap perumpamaan, sebagaimana ingatan pernah saling mengalpakan , dimana kehadiran pernah saling bertukar buku kunjungan. Dan entah pada ketukan yang keberapa, setelah helai napasmu jatuh dari puncak lengking keramaian, kemudian engkau menuruni rongga telinga kiriku dengan getaran lemah nyaris punah, aku mendengar kau mengharap agar tubuhku menyusun kembali puncak menara plastik itu. Sayangku, Kau tahu sejak gelungan rambutmu menjadi Jonggrang, aku bersedia menjadi hitungan yang gigih mengumpulkan bilangan, hampir semalaman aku meninggalkan tubuhku, dan menyadap tetesan getah angka demi angka dari lempeng kalender, nomer rumah, daftar telepon, ukuran bra, plat kendaraan, juga dari kepala orang-orang yang bersedih merumuskan usia. Sialnya , sedemikian sulit kurunutkan angka angka tadi ke dalam bahasa suara. Aku heran, bertahun-tahun aku mendalami kemegahan bebunyi, namun rumit sekali lidahku ketika akan menggubah not-not kunci itu menjadi sebatang lagu. Dan kau, ah, terlalu dini mematahkan kentungan. Sebelum subuh itu rubuh, cuma gemerutuk dari ngilu geraham yang tersisa. Grrhhh.

Side B

Kini tiba waktumu membalik bagian yang telah sering kau dengarkan, kau putarkan. Meski tak semudah mencabut gemetar dari telapak tangan, sungguh karena aku tahu, di gurat-gurat keriput itulah engkau pernah ditakdirkan, menyebuti namaku setinggi tiang bendera, seranum merah yang menyusup diantara warna lentera. Satu saja yang mungkin luput dari perkiraan, sebetapa engkau ingin bernyanyi sendiri kau selalu akan merasa berdampingan dengan nada temaram yang menjadi latar, alangkah karibnya kalian bertatap muka dengan cermin yang enggan ditinggalkan bayang-bayang.. Kau terlalu sendiri untuk bisa menjadi nada, dan aku begitu sepi untuk menjadi pengukur ragu. Di lidahmu yang pangkal, mungkin aku adalah akar dari segala jenis pohon yang dikutuk kematian. aku seringkali membayangkan di bagian yang terbalik ini akan menemukan lagu-lagu itu menua dan rapuh, lagu-lagu itu akan menjadi buta sekaligus tuli. Hingga semua lagu di bagian ini tak perlu menyaksikanmu, mendengarkanmu, mencari-carikan aku sebuah cekung interval yang tepat untuk menampung sebait jerit. Sayangku, aku ingin punggung punggung kita kembali menjumlah kembara, mungkin dengan seperti itu kau akan jauh lebih merdeka. Selain mengajar kebijaksanaan dalam merawat rasa bosan, engkau paham kan, betapa kesepuluh lagu ini tak akan pernah mau mengantar kita ke mana-mana, ke siapa-siapa, ke irama musik lain belaka, Dan bunyi krak yang kau dengar jika sempat, akan menjadi bunyi terakhir yang akan kau dapati dari kesepuluh nyinyir itu,ketika pita tipis henti tepat di penghujung gerigi. selebihnya adalah airmata yang menjelma suara enggan henti mengalir terus-terusan menuju telaga. semoga bukan milikmu.

Bonus track.


Kaset ini kini akan kutaruh dimana.

Di depanmu,

Atau di belakangmu ?


Cerpen Copas : Cinta bersyarat

Tinggal selangkah lagi Ayunia akan menikah. Yaitu mengenalkan Salman pada orangtuanya. Ia yakin orangtuanya akan setuju dengan pilihan hidupnya ini. Salman baik, sopan, dan tentu sudah bekerja meskipun hanya pegawai biasa disebuah perusahaan. Tak masalah, toch Ayunia juga bekerja. Jadi sedikit bisa menyelesaikan masalah ekonomi dalam keluarga. Tampan? Tentu saja Salman tampan. Tapi tak begitu pentinglah. Bukankah ketika cinta sudah begitu erat apapun jadi tak lebih penting daripada bisa bersama tiap waktu? bisa saling menatap kapanpun kita ingin?
Ayunia sudah membayangkan saat saat bahagia itu. Saat dimana pelukan, ciuman, menatap mesra bukanlah hal yang tabu lagi.

Hari ini Ayunia akan memperkenalkan Salman pada keluarganya. Ia tak sabar lagi. Pasti mama dan papanya akan mengangguk dan segera menetapkan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahannya. Karna selama ini apapun yang dimintanya, tak pernah satupun yang diabaikan oleh orangtuanya.

" Ayunia, mana calon menantu mama yang ingin kamu perkenalkan itu? "

" sabarlah ma, sebentar lagi pasti dia datang kok "

" papa mana sih ma? "

" dibelakang, nyiram tanaman bunganya "

Suara bel menghentikan pembicaraan mereka.

" itu pasti Salman ma, mama tunggu disini ya, biar Nia bukakan pintu dulu."

Ayunia segera berdiri hendak membuka pintu, sebelum mbok Pah pembantu mereka tergopoh gopoh akan membukakan pintu juga.

" Sore Nia, belum terlambat kan? "

" masuk yuk, mama papa udah nanyain kamu terus tuh. "

Ketika masuk, mama Nia masih duduk sambil membaca koran. Salman menyapa dan sedikit berbasa basi sebentar. Mamanya minta izin sebentar untuk membuat minuman dan memanggil suaminya.

" Sore om ! "
" sore juga. Kamu Salman kan ? "
" benar om "
" Nia sudah banyak cerita tentang kamu. Kamu cuma karyawan biasa, lalu pekerjaan orang tua kamu apa? "
" petani om, orangtua saya tinggal didesa "
" Nia! Jadi ini pilihan kamu? Karyawan dan cuma anak petani ? "
" papa! "

Ayunia dan Salman terkejut bukan main mendengar segalam macam tanya papanya. Ini tak seperti yang mereka harapkan. Dari awal pertemuan mereka, papanya memang menampakkan wajah tak suka tapi diam saja. Bahkan ketika ia menceritakan semua tentang Salman, papanya juga diam . Dan pikir Nia diam berarti setuju. Tapi hari ini, didepan orang yang teramat dicintainya, papa membuat kejutan yang amat menyakitkan. Papa mempermalukannya, bahkan didepan calon suaminya.

Merah padam muka Salman mendapat sambutan seperti ini. Antara malu, marah dan terhina bercampur aduk membuat dadanya turun naik demikian cepat. Ayunia selalu mengatakan bahwa keluarganya pasti akan menyetujui hubungan mereka.

" papa! tak perlu bersikap seperti itu, kita bisa bicarakan ini baik baik "

" Papa tak mau terima kalau anak gadis papa satu satunya memilih suami yang orang biasa, sementara kamu Nia adalah pewaris tunggal keluarga Brotowijoyo. "

" tapi Nia cinta Salman dan tak ada syarat apapun untuk cinta Nia "

" papa tidak setuju apapun alasannya . "

" maaf om, kalau kehadiran saya tak diinginkan, saya pamit Nia. "

" Salman jangan pergi "

Salman sudah tak kuat lagi mendengar semua hinaan itu. Ia memang cuma karyawan juga anak petani. Tapi ia manusia biasa juga punya cita cita, punya mimpi dan ia juga merasa sanggup menafkahi dan membahagiakan Ayunia. Ia tak tahu harus berbuat apa. Pasrah atau terus berjuang mendapatkan cinta Ayunia meski mungkin tak mendapat restu. Tapi kali ini satu hal yang ingin dilakukannya adalah lari sejauh jauhnya dari rumah itu.

........

cerpen diambil dari sini

=============================================



cerpen diatas adalah hasil kerajinan tangan Arimbikecil, dan setelah kemarin sempat seminggu full kami berada satu atap, akhirnya saya berkeinginan menyambungnya, dengan harapan ia ngga patah semangat saat mengalami blockwriting kayak gini. kata Arimbikecil cerita ini sudah mentok, ia sudah kehabisan ide.

Nina bobo

Nina mau bobo, tapi seperti biasa di awal awal bulan, Nina pingin banget bobo seabis di dongengin ama bunda Rembulan sambil di pangku. Makanya Nina bela belain keluar ngendap ngendap , dari kamar kontrakanya yang cuman ukuran tiga kali empat meter, berjubel di isiin ama emak, bapak,satu kakak perempuan dan dua adiknya yang masih balita, buat duduk di atas becak milik bapak yang parkir di depan teras ,

manggilin nama Bunda rembulan.

Lho Nina, kenapa masih terjaga ? Nina manggil Bunda ya ?

Perempuan itu tau tau ada di samping Nina , ia cantik. Tapi jangan pernah bayangin bentuk tubuh bunda Rembulan kayak peri , ngga, bunda Rembulan ngga punya sayap, di kepalanya juga ngga ada tusuk konde bercahaya yang menyembul diantara gelungan rambut. Bunda rembulan jauhlah dari diskripsi konotatif macam itu semua. Satu satunya yang mungkin agak janggal adalah , busana yang ia kenakan, bunda selalu ngenain gaun serba putih, dengan beraneka bordir yang sungguh artistik dimata Nina.

Iya bund, tadi Nina emang sengaja nglemparin batu pemberian dari bunda tiga kali ke atas,
Nina kangen ama bunda rembulan, pingin didongengin lagi. Pingin di ninaboboin ampe lelap.


Nina Pingin bunda cerita apa ,sayang ? ?

Bunda mengelus rambut Nina yang apek,kucel, dengan penuh perhatian.Diangkatnya gadis tujuh tahun itu kepangkuan.

Nina pernah dengar tentang cerita pohon palem ? Pohon palem yang tiap musim panen , buah buahnya selalu di curi tukang sihir , nina tau, kenapa tukang sihir itu mencurinya ? Konon buah dari pohon palem itu jika di dekatkan pada sebuah cermin berbentuk prisma, maka akan ada keajaiban di sana, buah itu akan mengeluarkan...


Zzz. . .

Bunda Rembulan menghentikan kisahnya, ternyata Nina udah mejamin mata, sesaat sebelum dia memulai dongengnya.

Nina, tidur yang pulas ya,

nina bobo,
oh nina bobo. . .
Kalau tidak bobo. . .
Ya bukan nina. . .

Surat pendek dari Januari


Teruntuk Tahun, ibuku.

Tahun,
masih merasa baik baik saja bukan dengan segala kerutinanmu menjaga pertumbuhan usia ?

Januari kecilmu selalu rindu menyusu.