Coba, barangkali bisa

pahat saja kaligrafi di jantungmu dengan huruf-huruf kehampaanku.kalau bisa.
agar suatu saat kau merasa mendengarkan dentumnya.
karena semenjak purnama karam di ceruk penanggalan,
telah larung sebuah kisah tentang pria bermata tembaga.


Menyebalkan !



mau kemana ?
perpustakaan.

lho, ada keperluan apa di sana ?
boker !


dua pertanyaan yang sampai siang ini tak bisa saya lepaskan dari kulit kepala.
cuma dua pertanyaan yang tiba-tiba mengubah saya jadi sangat agresif dalam menciptakan makian.
arggh, saya ngga gaul kata mereka.
tahi.


Ping : melanjutkan cerita . . .

Ping hilang ! Ping hilang !
tulisanya besar besar ngalahin tajuk rencana tentang proyek kapital empat puluh hari, di harian Flora&Fauna edisi kali ini. menjadi daftar satwa hilang yang paling di cari !

Heran, mungkin saking semangatnya pengen pulang dia jadi benar benar kehilangan arah menuju tempat muasal, sakit beberapa waktu lalu di identifikasikan sebagai penyebab ini semua. Lho kok bisa ?

lha memang kemana kok sampe ilang ? harusnya kan ada Fla ?Fla di mana ? bukanya Fla bilang akan njemput ping bareng teman-teman ?

Huh, tau sendiri, Fla, semenjak kejadian
Snapkissing dibawah siluet pagi-pagi kala itu , sekarang malah
ngga nampak lagi, grogi atau jadi demam atau gimana ngga tau deeh. Fla, yang mungkin kita kira sableng itu ternyata juga punya kemaluan juga,. . .

cuma ada sedikit konfirmasi darinya, Fla pengen ngumpet dulu untuk sementara, dia belum siap ketemu ama Ping.


Huah, gimana sih ping, Gimana juga ah si Fla, pake acara ilang segala, pake acara ngumpet segala, cerita jadi kehilangan episode niih,..
jangan arogan gitu dong pak wisanggeni, main sandera aja ma si tokoh cerita, apa perlu kami demo nih, biar pak wisang sedikit berpikir, jadi penulis jangan sak enak udhele gitu,..., profesional sedikit dong ! lagian kisah si ping di tunggu kahalayak ramai, rating juga paling ngga udah ada,...masak mau di akhiri dengan cara kayak gini.....

pokoknya, kami minta jalan cerita Ping di bikin lagi, di sambung lagi !


tiba tiba hape berjingkat sms masuk :
ini juga sedang dibikin, jadi tolong jangan demo dulu ya..

masuk lagi sms :
saya sedang mau bikin tokoh baru, tapi bingung, namanya Noy.
bisa bantu ngga kasih masukan karakter Noy, pantesnya dia jadi apa. jadi jangan cuma bisa protes.

tidit tidit :
rencana nanti Noy ini yang akan jadi penghubung plot kisah Ping selanjutnya.
buruan masukin masukanya ya.sipp deh.

enaknya gimana niiiih.....,
semua jadi berbisik bisik, iiiihhh,
semua lagi spaneng mikirin pakaian yang paling tepat buat embrio tokoh kita
: Noy !










nulis yuuk : Usah Takut dikira . . .(fakta)


Semangat pagi !


yuap, judulnya aja sudah mangharubiru gituuuu ...
mau bahas apa siiiih ?
cuma pengen berbagi lagi, karena ternyata hati ini kebeeeleeet banget pengen curhat, he he, karena banyaknya para pemula seperti saya yang jadi kehabisan ide buat nulis, karena ada yang bilang , udah nulis dapat setengah, begitu nyampe, cerita malah di delete. apa ngga sayang tuuh, terus apa musababnya ?
baru di ketahui cuma gara gara dia nulis cerita yang salah satu kalimatnya begini :

ssstt.... diam-diam aku merindukanmu tiap malam. hhhhh, samar-samar kusebuti nama itu tiap hampir pagi. Padahal nama itu bukan nama suamiku .

ciiieeee...
ciiiieeee...
ciiiiieeee...

STOP.

dan dia bilang ; Takut nih, ga enak aja, ntar aku dikirain punya affair, apalagi kalo kamasku sampe mbaca, huh abis deh jadinya....

yuuk, ngulik lagi yuuk !


saya bilang ke dia, kalo masih berbekal pemahaman sempit kayak gitu, niscaya, ga bakalan ada karya yang terlahir. Lha gimana bisa tumbuh lebih baik, kalau tiap nulis terbentur dengan ketakutan ama persepsi pembaca, takut kalau nulis gini dibilang cengeng, kalau nulis begitu di bilang rapuh, pengecut, ntar kalau kita nulis sedikit ganjil takut dianggap atheis lah, rasis lah, kontemporer lah.
haddddduuuuuuuuuuuuuuuuh !

Lantas saya ambil contoh, saya liatin sedikit tulisan saya di blog ini, lantas mendebatkanya,
tuuuu liat, apa persepsi pembaca dari komen-komen yang masuk di bawah postinganku. mereka ku bebaskan menafsirkan persepsi mereka tentang tokoh yang aku buat, bahkan jika tokoh itu kulabeli nama 'aku'. mereka boleh menghubung-hubungkanya dengan apapun, siapapun, termasuk disini adalah interkoneksi dengan penulis yang menciptakann tokoh itu sendiri.
mereka bebas bilang, aaaah itu kamu ya,
wah, si penulis lagi nangis.
mereka anggap penulis orangya ga taat ma tuhan, bandel, ceriwis, dan bla bla bla...
Lha terus senjata untuk ngelawan ketakutan yang satu ini apa ?

ya itu tadi, kembali dulu ke hukum dasar ; Kamu masuk dunia fiksi ! fiksi !
kan sudah ada tendensi tersendiri :

============================================================================
Jika ada kesamaan nama, karakter tokoh, tempat dan kejadian adalah kebetulan belaka. be-la-ka.


==============================================================================================================
jadi ini juga tips tambahan, jangan ragu deh, selama kamu nulis dalam bentuk seperti itu, bukan jurnal koran, atau karya ilmiah. nulis aja lagiiii,
masalah pandangan dan persepsi pembaca itu wajar, tapi paling ngga kalo kamu udah tahu undang-undang hukum fiksi yang tadi, kamu bakal lebih comfort waktu nulis, ngga terbebani bakal di jadiin tersangka !

sekian curhat-curhatnya, uhhhh dah kelamaam jongkok niiih.
buat yang punya problem kayak gini, tetep nulis ya !
salam hangat ,


- pucuk pena wisanggeni -







Dini hari tadi

Berkali kali kupanah wajahmu diantara kerinduan yang gaduh
kira kira akan menjadi apa.
Durga atau malah Drupadi.

: atau serbuk nama ?.
















Perempatan tempatmu berdiri

terlalu banyak plang arah yang mengurungmu di perempatan ini.
dan disana, dekat taman , suara-suara berparade di oktav yang paling tinggi.
kaki kananmu menghasut ke kiri,
dan kaki kananmu menggoda
agar menyebrangi kanan.


nah, benar kan.
Hujan turun lagi.
memanjakanmu dengan dingin melankolik.
sebagian tubuhmu bersembunyi
di gerimis yang aduhai ritmis.

lalu jari jari itu mangambil satu yang rahasia.
diam.jangan sampai ketahuan hujan.
hhsaah, sambil menggigil.
lantas kau ambil keping keraguan dari balik mantel plastikmu,
menimang nimang.
melempar !
maneriaki
dewi Lotus akan berpihak pada gambar angka atau garuda.


payah.
koinmu hilang di makan hujan.
tak kembali.
selamat berdiam.
sampai nanti.




untuk yang selalu gambling dan menunggu kemustahilan seperti nobita : cuihhhh !


gambar diambil dari sini





Kegilaan Wisanggeni (1)

hai kau mau kemana ?
disini dulu, biar kulengkapi kisahmu tadi.
katanya kau tak terlalu sibuk mendengarkanku bercerita.....

Gaya penceritaanmu lucu, renyah, pengkisahan seperti ini cuma bisa kutemui pada ibu, ketika beliau mendongeng Timun Mas dan Takdir si Koala, benar benar nempel di dinding pengingat.
kamu berhasil menduplikat caranya bertutur. Kamu berhasil mengajakku menari di dalamnya. memasuki ruang ruang mini berlabel de javu.

aku memang bandit mungkin, dan kamu adalah tokoh sentral yang selalu berpatisipasi dalam kejahatan-kejahatan masa kecilku. aku nyaris tak percaya lho tadi, kamu membantuku membangun ingatan-ingatan itu, perfectly. menyenangkan ya, andai saja sepasang anak kecil ini diperbolehkan Thinkerbell, si peri negeri neverland agar jangan terburu dulu menjadi dewasa.

aku ingat betul, dulu aku merasa bahwa kehadiranmu, kelahiranmu, cuma akan mengganggu superioritasku sebagai anak dari ayah dan ibu. habis, setelah ada kamu benar adanya kan, segala sesuatu mesti di bagi.
Rata !,entah itu mainan, jajanan, tempat tidur, juga perhatian. serius.aku cemburu, super super cemburu. dan itu yang membuatku sebal, keki padamu. ada saja alasan untuk menyingkirkan perhatian ibu darimu. ternyata kamu sekecil itu merasa juga ya ?

kamu ingat, waktu ibu seperti biasa kulakan ke pasar buat nyari dagangan setiap hari pasaran , dan ibu terlalu percaya padaku, mewanti wantiku agar ngemong kamu. aku tak berkata apaun, karena yang masih ku ingat adalah setelah ibu berangkat,olala, surprising !
aku mengambil gunting dan ku potongi rambutmu yang berponi itu. Benar benar hancur.aku cepak sana, cepak sini, dengan mantabnya menggunting ngawur sambil membayangkan seorang karyawan Barbershop beraksi. dan sialnya lagi, ini yang kadang tak ku mengerti dari dirimu : sudah tahu aku mengacak-acak dandanan rambutmu, kamu malah bilang, ihh, badus a', badus....

lalu kamu tahu sendiri apa yang kemudian terjadi sepulang ibu dari pasar . dan ini selalu kucatat, semasa hidupnya, inilah kemarahan paling besar yang kuterima dari mendiang ibu, aku di katainya begundal, aku di katainya bajingan tengik.kamu tahu, dalam usia sekecil itu aku belum akrab, belum mengerti dengan katakata orang dewasa itu, tapi aku paham, itu kosakata umpatan,ibu sedang memuntahkan makian padaku.dan itu ku pahami dari matanya yang merah sangar.Klotak, sempurna !
sandal bakiak dari kayu mahoni yang ibu kenakan mengenai pelipisku. aku tak menangis kali ini, bahkan saat ibu meneriakkan kata minggaaaaaat kau begundal..., tak setetespun keluar airmata. aku menatapmu sebentar, pandanganmu seolah bertanya ini sedang terjadi apa.
aku mendobrak pintu dan berlari sekencang kencangnya ,sejauh-jauhnya dari rumah. waktu itu aku memang masih terlalu hijau untuk memahami kata minggat sebagai usiran. tapi dua hari aku tak pulang kan ?

dan orang-orang menemukanku di kandang sapi milik mbah yahudi, aku bersembunyi disana, membiarkan seluruh desa mencariku siang hari dan malam hari. Orang-orang mengira aku di sembunykan setan Lampor, demit jejadian yang sering berkeliaran menabur bencana. Semua kecele.
tapi sejak itu aku tahu, betapa ibu masih mengkhawatirkanku, kamu lihat sendiri juga kan, betapa dia langsung bersimpuh di hadapanku, menerobos kerumunan orang-orang. Dan ia menangis. airmatanya membanjiri kepalaku, pipiku, daguku.ia memelukku erat, menciumiku bertubi-tubi. mungkin pikirnya satu mimpi bisa mendapati puteranya kembali.

Yang jelas, sejak saat itu, meski pandanganku padamu belum berubah, tapi aku mulai menyayangimu, meski kadang kamu tak bisa melihatnya dengan jelas.
jadi sini, biar ku ceritakan rahasiaku juga, betapa aku menyayangimu.mungkin dengan cara cara yang menurutmu berbeda.

tak ingatkah kamu,
ketika musim hujan tiba dan alamat kamu pasti angin anginan, meriang, demam, batuk pilek. dan sesuai adat di desa, tiap anak kecil yang sakit pantang di bawa ke dokter, tapi mesti di panggilkan dukun pijat, buat di kerok.
dan kamu tau, sudah ku bilang berkali kali baik pada mak mujik dan mak Ngatini. Untuk tak sekali kali masuk rumah ini, menjamah dan melumurimu dengan minyak sayur demi memijit dan mengerokimu. Mereka bandel, Yang pertama mak Mujik, kepalanya lecet-lecet kuhajar dengan gagang rotan penggebuk kasur, itu hukuman yang pantas karena ia telah membuatmu menjerit-jerit kesakitan,
dan yang kedua, mungkin karena mak mujik sudah tak berani menginjak teras rumah , ibu memanggil mak Ngatini saat kau meriang lagi. dan untuk menyambut ritual itu, ibu sengaja memasungku dalam kamar, aku dikuncinya dari luar.
dan benar saja, kamu meronta ronta meminta ampun dan berteriak sakit, sakit aduh ibuuu, sakit.
akhirnya apa ?
aku memecahkan nako kaca jendela. mencari gagang sapu dan....
menghancurkan kepala mak Ngatini.
aku sudah bilang kan, tak ada yang boleh membuatmu menangis kecuali aku. kakakmu.
dan ibu mendekap kita berdua setelah meminta maaf dan mengantar mak Ngatini pulang. Beliau tak memarahiku seperti biasa. Aneh bukan caraku ?

lantas waktu dhec,
menyusun gurat-guratnya sendiri. Kita sekolah di tempat yang sama, sekolah yang dulu jadi impian tiap orang tua yang mempunya anak seusia kita. keadaan berbalik, sekarang kamu yang merasa cemburu atas apa yang ada padaku, kecerdasanku, talentaku, popularitasku. heh, apa kamu bilang tadi ? seolah aku risih jalan berdampingan denganmu ya ?


ah, kamu. Masih saja tak paham rasa sayangku, perlu kuuraikan kisah lagi ?


jangan beranjak dulu,
karena duduk dan mendapati suasana seperti ini jarang kudapati denganmu dhec,...
kakak masih ingin bercerita.




gambar diambil dari sini






kegilaan Arimbi


Ceritaku ceritamu

Tahukah kau tempat apa yang paling indah ?
Rumah kita.
Meski dindingnya batu bata, atapnya bocor sana sini, alasnya dari papan yang telah rapuh. Tapi ia akan selalu jadi tempat persinggahan paling hangat bagi kebersamaan kita. Disana ada cerita. Dan aku ingin mengingatkanmu pada kenangan yang tersimpan rapi dalam lemari rumah kita.


Ingatkah kau kak?

Waktu itu aku baru saja lahir dan umurmu kira kira dua tahun. Karna iri atau mungkin kau belum terbiasa dengan kehadiranku, ingat apa yang kau katakan pada ibu?

" Buk, adikke belikan sama sapi aja, bial dimakan, bial nggak minta gendong teyus. "

Ibu cuma tertawa mendengar ucapan cadelmu itu. Ibu paham kau belum terbiasa dengan kehadiranku, dan mungkin enggan jika harus berbagi kasih sayang dan perhatian denganku. Kau pikir kehadiranku akan mengurangi porsi cinta orang serumah yang semula hanya untukmu. Kaupun sering marah dan uring uringan tanpa sebab hanya untuk mencari perhatian mereka. Pernah suatu pagi ketika aku sedang terlelap dan ibu mencuci, kau mendekatiku, memandangku, tapi tiba tiba kau menarik bantal yang mengalasiku sampai kepalaku mluntir. Tentu saja aku menjerit jerit karna kaget luar biasa. Serentak ibu dan nenek masuk kamar dan ibu menggendongku. Mereka menatapmu menyimpan tanva. Kau merasa tertuduh. Tak urung, tangismupun pecah bahkan lebih keras dariku.

" Ya alloh kakak, adiknya diapain kok sampai nangis keras begitu? Sama adiknya nggak boleh nakal dong ! "

" nggak, nggak nakal "

Kaupun menangis lebih keras antara marah, takut dan tentu merasa bersalah. Nenek membopongmu, mengajakmu keluar dan sibuk meredakan tangismu. Kaupun jadi berpikir ibu tak sayang lagi padamu, buktinya ibu malah menggendongku tanpa menghiraukanmu. Padahal kamu juga butuh dipeluk dan ditenangkan saat menangis karna suatu hal.
Malamnya, seperti biasa ibu membacakan dongeng sebelum kamu terlelap. Sambil berulangkali mencium keningmu. Ibu juga mengatakan bahwa kau adalah anak lelaki ibu yang paling hebat.

Mungkin kau tak mengerti, tapi mestinya kau merasakan bahwa ada atau tiada aku, ibu dan semua orang tetap sayang padamu.

Seiring berjalannya waktu, kaupun berusaha menerimaku sebagai temanmu. Meski katamu tak asyik karna tak mungkin bisa diajak main bola. Setidaknya aku bisa kau ajak bercerita, ya, walau tak mengerti juga karna aku masih terlalu kecil. Tapi kau pelit jika punya mainan baru. Menyentuhpun aku tak boleh. Nanti, kalau kau sudah bosan baru aku boleh meminjamnya. Pintar benar pangeran kecil kita ini.
Indah kan kak?

Yang ini waktu kita SD. Kakak sering memarahiku karna aku ingin slalu menguntit kemanapun kau pergi. Malu. Karna katamu kau sudah besar dan hanya ingin bermain dengan teman sebayamu. Lagian nggak banget main sama cewek. Uhh menyebalkan.

Aku ingat lagi, kalau yang ini kita sama sama SMP. Ternyata si kakak ini jadi bintang disekolah. Banyak cewek yang naksir. Aku jadi ikut terkenal karna aku adikmu. Tapi risih juga karna kalau ketemu sama mbak mbak itu, mereka bisik bisik. Eh itu adiknya Fitra { nama panggilanmu }. Tapi aku tak suka satu sikapmu waktu itu, kamu terlalu gengsian. Gimana enggak coba, berangkat atau pulang sekolah kamu tak mau berjalan beriringan denganku. Malu. Padahal kita satu sekolah. Aku mungkin terlalu jelek menurutmu ya? Tak apa aku tak peduli, aku slalu menerima apapun sikapmu padaku. Bahkan ketika kau memarahiku karna aku pakai baju milikmu dan mengatakan bahwa tak akan mau memakai bajumu tapi yang aku pernah meminjamnya. Wah wah apa nggak berlebihan tho?

Kini kita telah sama sama dewasa, bahkan aku sudah memberimu ponakan. Kau tak seperti kakakku waktu SD atau SMP. Kau kakak paling hebat didunia. Kau sering mengingatkanku untuk tak malas menulis, untuk selalu berusaha dan jangan pernah menyerah.
Biarkan cerita kanak kanak itu tetap terbingkai rapi di almari rumah kita. Agar ia slalu hidup dan bernapas pada jiwa kita.


tulisan ini karya paling gila dari adik saya, arimbikecil

ha ha ha,
ternyata....

gambar Ali dan Zahra diambil dari sini

mimpi

menengadah.
tak begitu yakin kenapa yang dilihat begitu tinggi.

keinginan yang prematur katamu.
tapi aku diam
menyedot segala kebisingan dari sifat jahatmu.
itu bukan kamu !


tapi aku ingin!
menciptakan seribu pasang kupu-kupu.
manghadiahkanmu tujuh ratus perbedaan warna bunga.

tapi kau tak mengerti.

kau berbelok dan meninggalkanku karam disini.
menyerahkan jalan ini untuk menamai dirinya.
tapi aku mimipi.
dan kau pelangi.
atau sebaliknya.

bisa saja kan ?


puisi cepat lima menit ini saya buat dan saya ambil dari gambarnya teman saya Larass




Biarkan dia menari dulu

Dia anak yang normal kok menurutku, dan aku tak pernah rela orang lain punya asumsi ia anak dengan kebutuhan khusus. Cuma karena tatapan matanya sering kosong, cuma karena ia sering tersenyum tak jelas ketika ada yang bertanya suatu hal kepadanya, sebelum kemudian dia akan menjawabnya dengan jawaban yang menurut orang lain tak pernah nyambung,Nganeh-nganehi. Bahkan aku menggaransinya, dia sehat, bukan autis atau idiot. Dia sama asyiknya dengan yang lain, dan ini bukan lantaran sebulan ini aku mulai menjadi pendamping pribadinya untuk mata pelajaran bahasa Inggris, bukan juga lantaran seringnya aku mendapat kue- kue kecil ketika ia pulang dari gereja. Bukan. Bukan dengan alasan itu aku membelanya.

Aku cuma ingin ia memberikan haknya untuk berkembang, bersenang-senang, menikmati segarnya kuntum-kuntum ilmu pengetahuan. Tiap anak memiliki otoritas guna mandapatkan pendidikan yang layak. Ya, Pendidikan yang layak !.mungkin cuma itu pasal yang ku doktrinkan sendiri jadi kitab suci. Dan aku adalah penganutnya paling setia.
Aku bukan pendidik, bukan pengajar yang mengusai area dan denah sistemik pembelajaran. Bagaimana seorang anak dengan cepat mengalami pertumbuhan kemampuan motorik, kecerdasan kognitif,grafik grafik tentang emosi dan intelegensi, dan teori-teori mendidik dengan baik yang memang tak penah ku kecap barang sedikitpun selama ini. aku cuma punya kemampuan, lebih tepatnya kemauan untuk mengajaknya mensejajarkan diri dengan yang lain, serasi dengan Tata, Umam, Agil, dan anak seumuranya.

Dan buktinya, dia mampu, dia bisa membedakan warna, mengurutkan angka, menyusun aksara. Meski mungkin aku butuh tiga gelas plastik air mineral untuk menerangkan padanya, liurku benar-benar dibuat kering akibat ulahnya.bayangkan, pertama kali mendudukkanya di kelas kecil ini, aku bertanya padanya,
Sur, kenapa buah pada gambar ini dinamai Durian ?
dan dia menjawab dengan malu-malu.
Karena buahnya tak seperti melon.
semua tertawa, aku menggaruk-garuk kepala. Ada sesuatu yang pedih di dalam sini, disebelah kiri dekat dada, ku kuadratkan kesabaranku. Aku tak mau menertawainya seperti teman-tamanya, kuusap kepalanya, kuyakinkan dia, jadi anak lelaki harus punya suara, Ayo, ulangi lebih keras dan lebih tegas. dia mengulangnya, dan mengulangnya, Sampai ruangan panas tanpa Ac ini hening di serap suaranya yang lantang. Aku katakan ke yang lain, setiap jawaban memiliki keunikan tersendiri, aku balik bertanya, apa jawabanya keliru ?
anak-anak diam. Sediam-diamnya.



Terus terang, tadinya aku memang cuma
mengampu bahasa inggris, tapi bagaimana mungkin menjabarkan ragam bahasa asing secara instan , jika kurasa ia belum siap menerima ?

aku mesti mengajaknya berlari dulu agar bisa sama-sama mengejar start bersama teman-teman yang lain.

Jadi menarilah dulu Sur, berlarilah dulu, agar otot-ototmu lentur, rileks.
Dan kelas ini, berjanji akan membantumu.
Tak akan ada lagi benturan di pintu.
Tak ada lagi tangan yang akan menampar pipi.
Tak akan ada lagi suara si bego atau si idiot.
Tak ada lagi balsem remason tiap kali kamu keliru mengerjakan.

mulai sekarang kamu boleh belajar sambil tertawa,
mulai sekarang kamu bisa belajar sembari beryanyi,
mulai sekarang kamu bisa melakukan apapun sambil belajar.


kenapa ia dinamai durian ?
Karena ia tak seperti melon.
hmmm.

gambar dipinjam dari sini


untuk surya : malaikat itu bernama engkau
surya artinya matahari !





Ia yang terbaik

ayah maafkan aku.
kemarin pulang larut.
harusnya kau tak perlu menungguku.
taruh saja kuncinya dalam vas bunga.


maafkan aku.
akhir-akhir ini tak bisa jadi teman bicara
seperti biasa.


: sudah dingin ya nasi gorengnya ?




Matikan lampu kamarmu, dan lihatlah dua boneka itu akan bercahaya

Di garis dermaga, kilatan mercusuar yang silau. Laut mulai membadai. Dua bayangan di bawah petromaks saling berbicara.

Popeye : kau tak jadi ikut denganku Olive ?

Olive : hhh, selama ini, sebagai nahkoda, aku merasa kau tak pernah mengajakku
kemana-mana.

Popeye : aku ingin berlayar bersamamu, telah kubangun kapal, kurakit layarnya,
tapi kau seperti tak percaya. kau terus saja membelakangiku. kenapa ?

Olive : ....., karena untuk menerima ajakanmu, wanita perlu mempertimbangkan
rasa,
tak cuma logika. Begitu juga sebaliknya popeye...

Popeye : logika ? rasa ? sebagai pelaut aku tak pernah memikirkanya, yang kutahu
aku ingin membahagiakanmu. berlayar dalam satu kapal, menemukan pulau,
dan membangun rumah kita yang beratap rumbia disitu. Lalu aku pensiun
jadi pelaut dan akan
bertani atau berternak.dan kau memberiku bayi-bayi mungil yang rupawan.

Olive : ya, itulah alasan kenapa kita berbeda. ketahuilah Popeye, dalam dada
seorang hawa selalu bersemayam kebimbangan. Itu yang membuatku tak
yakin akan segala sesuatu.

Popeye : oh, olive, aku kian tak mengerti. apa mungkin karena kapalku terlalu
sempit, terlalu kertas, hingga mungkin logikamu menuntun bahwa
kapalku tak
akan muat kita naiki berdua, mungkin tak cuma berdua karena nanti
siapa tahu sebelum menemukan daratan, kita mesti berbagi kamar dengan
dua bayi ? .

Olive : aduhai Popeye, berkali kali kukatakan padamu, bersamamu , meski tanpa
perahu, berenangpun aku mau. Asal denganmu.

Popeye : Jadi olive, aku mesti bagaimana ? ternyata mengajakmu bersama dalam satu
kapal tak semudah menuang sekaleng bayam. dan mungkin juga sebagai
pengetahuan, untuk membahagiakan seseorang yang kita sayang, kita
malah mesti mengambil keputusan untuk memerdekakan rasa.



i'm not Popeye the sailorman.
tuuuu tuutttttttttttttt.............








cerita mandeg karena lampu sekarang benar benar jadi padam, dan lihat, dua boneka itu bercahaya, berkaca kaca.
gambar dipinjam dari sini












Ping : Pagi terakhir bersama Fla

Sepanjang jalan koridor ini serba putih. Disamping kanan pot- pot kecil, kuncup melati berwarna putih, tapi ranumnya belum sesemerbak geliat eu de cologne, masih soft, tawar mirip tapioka. Dan,hei, lihat. Matahari juga putih meski berbaur dengan warna silau keemasan, kehangatanya berusaha memeluk siapa saja.

Ping merapikan baju hangatnya, melilitkan kembali syal yang tergerai. di temani Fla, mereka menjadi sepasang liontin yang bekelip, menduduki kursi panjang yang menghadang cahaya di depan halaman pavilliun.

Lo udah siap Ping ?

kali ini entah kenapa suara Fla kalem, terdengar begitu homy , setan mana yang berminat ngerasuki Fla yang kita kenal berurat tomboi, cablaka. kadang malah hiper agresif, yang jelas kali ini ia bener-bener elegan, matching ama warna yang ditampilkan alam.


Ping, waktu Lo dirawat, temen-temen pada nanyain Lo, mereka pada antusias ngasih support, Gile, gua ampe kedodoran mesti mengkonfirmasiin keberadaan Lo,
malah ada

temen Lo yang kirim surat, kirim bunga, kirim doa, ada yang dari negeri jiran, negeri Paman sam, ampe di bela-belain kirim doa, and just amazing, kayaknya mereka deket bangeeeeet ma Lo,
Ping tatapanya magis, melototin apa aja yang ia bisa tangkap, uh, hampir satu minggu bangsal bangsal ini, merayunya agar ia berkenan menjadi gila.

Sekarang gua tau Fla ,....

Fla menggigit kuku kukunya sendiri, jangankan Ping, semua juga tau, sebagaimana halnya nengmetty, asasayang, ahxu, lazzengan, adearin, ydiani, raniuswah, keyssarah, aisyajameela, larass, duabadai, duniauchi, dan sekian juta nama nama yang terlahir di dunia,
mempunyai pengetahuan yang sama tentang rasa sakit Ping. sekronis apapun kesakitan rasa sakit, ia harus menemukan obatnya.


Fla, matanya leleh, yin dalam dadanya tumpah, ia jadi feminim.


Ping, gua cuma pengen Lo tau ping, nyatuin dari suara temen-temen. Cahaya ntu ada Ping, adaaaaaa. Please deh, percaya ama gua. cuma kadang kita yang sengaja menutupinya, kita yang sembunyi dan menghindar darinya.

Ciamik.

suara Fla bener bener ramuan kata kata yang ditimbang
sesuai porsi. menerobos,mendesak, membersihkan segala sumpalan kerak di telinga ping yang kadang memang budeg. bertelinga tapi ngga digunain sesuai fungsinya, cuma tulang pipih yang rentan, tanpa kekuatan buat merespon kedatangan bunyi. Amit-amit.


Fla, sepekan ini gua ga berdaya, gua ngerti apa yang Lo pikirin, apa yang temen-temen cemasin. kayak mbak Asa yang Lo bacain suratnya kemaren, lukaku mesti numbuhin lagi jejaring benang fibrinogen, biar ngga ngilu, terus kata nengmetty, gua sendiri yang mesti nentuin , mo diapain sakit sebesar mahameru ntu.
Fla, gua sharingin ke Lo, berhari hari gua ngalamin sendiri apa ntu halusinasi tingkat tinggi, gua ketakutan Fla, gua ngigau tiap malem, Lo tau ga, gimana sakitnya ngelawan kejang kejang dari rasa putus asa,ngelawan kematian yang kayak datang lebih awal, di kamar, ampir tiap malem gua mesti nggerak-gerakkin tangan, kaki, mulut, tulang ekor, kepala. Gua juga mati-matian Fla berperang dengan diri sendiri, gua juga ga mo terpuruk,...
kalo kemarin gua bilang sakit, gua bilang lagi luka, gua bilang gua nangis, ntu semata mata karena gua ga pengen pura pura nyembunyiin keboongan ke Lo.
jangankan Ksatria Fla, Mahapatihpun punya hak kan bikin ruang khusus buat berduka ?

Fla bergetar demi mendengar Ping yang memuntahkan segala kepenatanya selama ini. ya, Ping ada benernya, setegar apapun, sekuat apapun, suatu ketika tiap diri pasti dapat jatah berada di titik yang Ping alamin. wajahnya aja kali yang mungkin berbeda-beda.
ah, kalau sudah begini, Fla kepingin banget pelukin si ping, ngeyakinin, kalo dunia ini masih dihuni mahkluk mahluk yang bisa di percaya dan mempercayainya. Pengin baget memintanya agar segera kembali ke jalan cerita, mengisi kekosongan tempat yang dikangenin tiap mulut riang yang memanggili namanya.


Fla mengusap mata pake sapu tangan.
Ga tau kenapa Ping berdiri, ngrentangin dua tangan , memunggungi muka matahari, dan bayanganya jadi panjang menutupi sebagian bangku juga Fla.

Ping, ngapain Lo ?

sengaja Fla, biar kita tau bedanya diri yang kena cahaya matahari ama yang engga ntu kayak apa ...

Fla ga tahan ama keadaan ini, ia ikut berdiri , menatap lekat lekuk wajah Ping yang seminggu ini pucat, membaca segala hal disana. baginya Ping adalah ilmu.
dan, aaah.
di balik silhuet matahari pagi, Fla tau tau ngecup kening Ping. Dua detik yang menyenangkan.menggetarkan.

Ping, gua sayang ma Lo.
temen-teman juga sayang ama Lo.
Dunia ngarepin kembalinya Ksatria.

fla berjalan dengan senyum, ninggalin Ping yang jadi kaku ga bisa berbuat apa-apa,
padahal ia cuma pengen bilang, terimakasih buat ketulusan yang ga di buat-buat.
besok ia udah di ijinin pulang. Dan itu artinya,...

ah, Fla.





semua tampak putih, putih yang berkelip kelip.indah banget




( eh Ping, besok perlu ada penyambutan pake tarian hula-hula ga,.....)
--Fla--







sehabis gelap, masihkah ada terang ?

belum juga ketemu. Bagaimana mengawali.
Kilometer Nol,
di mana kamu ?



aneh, dia tetap saja mengikutiku,
aaaaaghhhh.
dia yang mencoba mengikutiku atau jangan - jangan malah aku yang tak kuasa meninggalkanya?

: dok, kapan boleh pulang ?

gambar dimbil dari sini


Tetaplah berusaha

ini saya alami sendiri.siang ini.
saat tangan sudah menempel di permukaan keyboard, dan saya tak tahu mesti
memulai tulisan dengan alfabet apa. tapi saya melawan untuk tak stagnan, pikiran saya benar-
benar saya babibutakan untuk bergerak. susah. hampir setengah jam tangan cuma bermain dengan mouse. naik turun, kanan kiri berulang ulang tanpa ada satu hurufpun, yang muncul dari layar komputer.
saya tanya pada diri saya sendiri : kamu takut ya, takut apa ?
dia yang berada dalam diri saya diam. saya berusaha lagi memancingnya
berkomunikasi.

ayo, keluarlah, temui aku, hadapi aku, jangan meringkuk dan sembunyi terus.

Saya sebenarnya merasa jengah , mulai putus asa, dan benar benar merasa jengkel untuk
terus -terusan menahan kesabaran. ingin rasanya memukul dia yang sembunyi itu, menyeretnya keluar dan menelanjanginya, tapi perasaan saya sebagai manusia tak tega melakukan hal sampai sejauh itu, akhirnya saya diam lagi, membiarkan suasana
tak mengenakan ini berdurasi panjang. .
tak sengaja saat mata menekuri layar komputer yang telah gelap dari tadi , saya memandang wajah saya dari kegelapan monitor, dan saya sontak kaget, ternyata, dia yang saya panggil dan suruh suruh keluar malah nampak disini, di atas pemukaan yang gelap.
lho, kamu ?
iya.
kenapa baru keluar ?
dari kemarin kamu menakutiku.
menakutimu ?aneh, apa yang telah aku perbuat ?
asal kamu tahu , aku paling takut dengan rasa putus asa.
dan dua hari ini, aku benar-benar takut padamu. kukira kamu akan membunuhku
dengan keputus asaanmu.
kamu jahat.

hhh, ingin rasanya saya berteriak, dan gantian berkomentar, tapi urung, kubiarkan
uneg uneg nya tumpah.

tak biasanya kamu seperti itu, selama puluhan tahun aku mengenalmu, kamu paling
bisa menstabilkan keaadaan, dan itulah alasan kenapa aku setia mengikutimu. jujur saja, aku merasa terlindungi,....

maaf, aku tak bermaksud menakutimu,...
aku berfikir dengan bersikap seperti ini akan sedikit membantu menetralisir suasana yang memang terus terang saja sedang enggak terang.

well then, wajah pucat dalam gelap itu menyringai, lucu, giginya seperti boneka dinosaurus.

sekarang, apa yang bisa aku bantu ?
dia ramah seperti yang pernah saya kenal.

temani aku, aku takut sendirian kali ini.
inspirasi inspirasiku jadi mampet. aku jadi kalah dengan rasa malas.

oya ?
baiklah, sekarang pejamkan mata, letakkan jari jarimu pada posnya,
kamu cukup tulis apa yang kamu ingin tulis, rangkai apa yang ingin kamu rangkai.
jangan takut, aku bersamamu.
lekas tulis sekarang !
monitor kembali bercahaya.

maka tangan saya pun tak menunggu lebih lama lagi.

distorsi.
itu kata pertama yang menghampiri otak saya.
Larva.
itu kata kedua yang menyusul yang pertama.

lantas ketiga.
keempat.
kelima.

dan jeng jeng jeng diakhir kalimat saya menutupnya dengan kata kata yang sebelumya
tak pernah terlintas sama sekali,

guk, guk, guk, guk ,.. .. ...
saya sedang menjadi anjing.



catatan : betapa sulitnya, mengembalikan rasa percaya diri itu.
saya berperang habis habisan. harus tetap menulis. harus tetap menulis.








Malam ini saja

3 oktober.

untuk rasa sakit.
untuk mata yang kering.
untuk ekspektasi positif.
untuk luka nomor dua
untuk menakin plastik.
untuk ketidakmengertian.
untuk warna pink yang kusembah seperti berhala.
untuk cerita cerita mungil.
untuk jalan braga.
untuk kota senja.
untuk garis garis peta.
untuk dada yang kini menjadi api.
untuk sejarah yang telah bersedia menyimpan langkah kita sebagai cinderamata.

untuk ruang.
untuk waktu.
yang amat brengsek bersekutu diam diam.
sekarang kalian bisa tertawa.


untuk Tuhan.
aku cuma ingin bilang.
aku capek.
karena telah kudaki sampai ketinggian ini.
tanpa ampun,
sampai pada kesadaran,
cinta yang engkau ciptakan semegah mahameru.
mahameru.
ya,
dan kini :
aku menuruninya sendiri.



magelang,3 oktober.
-menangis sebagai kstaria-

Ping : ada apa dengan mereka

Ping menyentuh bahuku, menebarkan lirikan ajaibnya, mendikteku untuk mengamati sesuatu,

Fla, lo liat deh dua anak kecil itu, asyik bener ya kayaknya mereka.

Awalnya aku tak apa paham apa yang ia maksud, tapi setelah kutetapkan fokus pada obyek yang ia tunjuk, aku berdeham. Ya, siang itu kami nangkring di dahan pohon jambu
cangkokan, di taman sekolah, menyaksikan sepasang anak kecil berseragam kotak-kotak duduk berhadapan di ayunan, satu anak lelaki satu lagi perempuan, ih lucu jepet kura-kuranya. paling mereka sedang menunggu jemputan.

eh, ping, tapi kayaknya something happen deh, Lo liat, tajamkan mata Lo,
kayaknya mereka lagi ngambek-ngambekkan, deh.

Ping nyaris saja tergelincir kelewat bertenaga ngeluarin biji matanya, hup, sigap kutarik
kakinya, sekaran dia malah berposisi mirip kelelawar, nungsang, kepalanya manggut manggut dari bawah.

alaaaah, sok toy Lo Fla, siapa tau aja si gadis kecil emang lagi sakit gusi ato gi ngga moody buat ngomong, bisa kan ?

berdeham lagi,

eh tapi liat Ping, dari tadi tu bocah yang laki ceriwis, kayaknya dia gi berusaha meng
hibur, nyanyiin twinkle twinkle little stars, duduk lagi, si gadis berjepet tetep diam, dia berdiri lagi, belagak kayak pantomim.ngajakin ngomong, ngga digubris, si gadis kecilnya
tetep keukeuh diem sambil megangin erat botol minumananya, si bocah ngga habis akal kayaknya, berlari ke kanan, menggoyang ayunan, berlari kekiri menggoyang ayunan, bulir-bulir keringat mulai menetes satu demi satu.bulir bulir melengkapi jidatnya,
ujung hidungnya, telinganya, juga bagian depan tpinya yang bertuliskan Tut Wuri Handayani. si gadis tak bergeming.

yuuuk deketin mereka yuuuk Fla, gua jadi penasaraaaaaan,....
tiba-tiba Ping meloncat dari dahan ini, melewati ranting, dan dua pot besar tanaman palem.
Piiiinggg, tungguin gua doooongggg !
terengah aku mencapainya, kami jadi mirip lomba lari lompat galah.

ada yang lo tangkap lagi Ping, dari lensa mata mikroskopikmu ?
kali ini aku setengah mengejek. tapi sial Ping malah tersenyum anggun.

So beautiful Fla, ngeliat mereka. natural banget.
maksud Lo ?

ya, Lo liat sendiri kan, dari tadi malah kita bareng-bareng ngeliatnya.
mungkin kita bisa belajar bagaimana cara menyayangi.
Tema -nya asmara ya ?
Ngga melulu. Ping mulai berkhotbah deh.

gua tau jadinya, kayak si bocah itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk menghibur
si jepet kura-kura,melompat, berdendang, ayun sana, ayun sini, ampe dia ngga peduliin
keringetnya sendiri, ampe dia ngga peduliin, bahwa keringat yang berlebih keluar
bisa berakibat dehidrasi.

Lho emang apa yang terjadi ama si gadis mungil ?
Ngga tau.
haduh Ping,....

ya, tadi sempet gua denger aja dia bilang gini.

Mea cepet maem, nanti sakit, dari tadi balum maem apa apa kan, diem terus.
di suapin juga ngga mau. Tom mesti gimana lagi. Ngomong, Mea kepingin jajan apa,
nanti biar pake uang Tom dulu, kalo memang bekal Tom ngga cocok buat Mea.mea
kepingin susu kotak ?

akhirnya , karena si jepet diam Tom berinisiatif membelikanya susu kotak. sebelum
nya dia bilang lagi,
ya sudah, kalo kamu memang maunya diem, Tom juga ngga bisa apa apa,
bekal ini juga ngga mungkin Tom paksa suapkan buat Mea, Tom taruh sini ya, nanti
kalo Mea lapar, boleh di icipin, dihabisin juga boleh.
meski dahaga, panas, keringat telah jadi adonan yang padu, si tom tersenyum riang.
lucu, nggemesin.


aku, terhenyak , membayangkan Tom berengkarnasi jadi katak pejantan yang kelak
di hadiahkan Tuhan untuk menemuiku di taman ini.

Ping, menurut Lo, mampukah Tom membuat gadis mungilnya tertawa ?

Ya ngga tau, dalam diri manusia , ini yang kubaca di sobekan koran rubrik psikologi
minggu kemarin, ada dua unsur yang selalu berdampingan, satu sama laen. satu di sebut persona, satu lagi disebut Self..
Wow !

aku melongo.

yang persona adalah sisi dimana manusia seperti mengenakan topeng, lalu terbentuklah perlakuan eksternal. pendiam, pemalas, pekerja keras, baik hati dan banyak lagi, itu tercipta dari keadaan lingkungan.
yang satu lagi Self, ini yang dalam bahasa manusia disebut nurani, bentuknya sepaerti berlian, serupa cahaya, dan ia ada.

Kelamaan Ping, intinya, korelasinya ama Tom and mea ?

dasar katak ga sabaran...,
ya jadi itu juga tergantung, besok-besok ,saat persona itu perlahan menurun kadarnya, dan si jepet kura kura menyadari kalo self, cahaya, The diamond, itu ada,
topeng kemurungan itu akan mengelupas dengan sendirinya.

dia ngga bakal semurung ini Fla.
nama-nama kepribadian yang di pengaruhi.

Tapi dia butuh berapa lama Ping ?

ping sewot.
Lo nanya ke gua ?
Perlukah buat Lo sekerjap mata ato sepuluh purnama ?

ya bukanya gitu Ping, Gua sangsi ama daya tahan si Tom,....
Bukanya tiap mahluk dibatasi garis quantum,
berusaha mati-matian, sampai suatu saat baru nyadar, kalo di depanya tembok tebel
dan hal kecil yang cuma bisa dilakuin adalah angkat tangan ?

Ping, sekali lagi berdeham.menertawakan dirinya sendiri.
Sudah ah, Pulang yuuk,
berdoa aja, buat para pejuang dan yang di perjuangin.

kayak gua, yang selalu dan selalu memperjuangin ngerebut hati Lo tapi selalu
Lo tolak, he he he

Piiiiiiiiing........!
dasaaaaar katak penggombaaaaaaal ,
awas Gua kejar Lo.

Ayaya,.... Catch me if you can Fla !

kami berkejar-kejaran lagi siang itu mengelilingi taman.

image di pinjam dari sini









Tuhan, ku ketuk lagi

ku ketuk lagi,
karena ku kukira tak ada engkau dirumah,
dan aku merasa ada yang pura pura tuli.

aku kesepian, Tuhan.
kedinginan.


ketika tengah hari hujan,
kau berkata demi masa,
maka tembok beragam cat itu roboh.
kedukaan dan tangisan.
pundi amal yang menjadi tempayan airmata.
selang infus.
kereta dorong.
wisata bencana.

kau sedang bercanda atau murka,
aku tak tahu.
kau sedang mengingatkan atau menghakimi,
aku tak tahu.
kau sedang batuk atau bersendawa,
aku tak tahu.

maafkan aku,
jadi enggan berdoa padamu.
lupa bagaimana caranya.
lebih memilih berteriak sekeras mungkin
di depan rumahmu mirip si gila.

tak terdengar juga ya suaraku ?